Ekbis

Fotografer Plus Penulis Itu Istimewa

Seminggu yang lalu (23/06), saya diajak oleh fotografer handal master dari group Kampret (Kompasianer Hobi Jepret), Om Widianto H. Didiet, untuk bertemu dengan salah seorang fotografer model profesional. Saya sendiri bukan fotografer profesional, hanya hobi jepret, mengabadikan momen lewat kamera hanya untuk mengisi waktu senggang pelipur stres.

Pertemuan itu ternyata membahas mengenai rencana membesarkan sebuah situs foto model. Situs yang khusus memuat foto-foto mengenai modeling dan segala macem yang berkaitan dengan itu. Tujuannya agar lebih ramai.

Ada satu hal yang menurut saya pribadi penting untuk dituliskan. Apa itu? Fotografer yang bisa menulis ternyata “makhluk langka”. Kenapa demikian? Di ujung diskusi kami bertiga, fotografer pemilik situs model itu menyampaikan, bahwa dirinya kalau masalah memotret model itu sudah sangat hapal sampai hal-hal detail seperti: peralatan yang layak harus bagaimana, pemilihan gear, lensa, filter, make up artis, lighting, menstimulasi mood model yang kadang abis berantem dengan pacar kemudian difoto bisa keliatan tidak bagus, dan lain-lain.

Kendala utamanya, menurutnya, di saat ada member situs menanyakan mengenai artikel tentang teknik fotografi model, ia mengakui belum bisa menuliskannya.

“Tak semua fotografer itu bisa menulis. Bahkan, sangat susah untuk mencari fotografer yang bisa menulis”. Ini poin besar yang saya garis bawahi dari statamennya.

Statemen dari fotografer model profesional itu masih saya ingat dan tak berlebihan jika saya dan Om Didiet kemudian boleh berbangga hati (tidak sampai menepuk dada sih) dengan mengatakan, “Lho kami malah di Kompasiana punya komunitas fotografer, namanya Kampret, mayoritas adalah fotografer yang juga penulis.”

 Yup, harus saya akui, bahwa komunitas fotografer di Kompasiana berbeda dengan komunitas fotografer di tempat lain. Karena mereka di sini selain penulis juga adalah fotografer, atau kebalikannya, selain fotografer juga adalah seorang penulis.

Kalau dirinci, tipe fotografer di Kompasiana tak akan keluar dari 3 kemungkinan berikut:

1. Ada yang kuat di dua-duanya: fotografinya ahli dan menulisnya pun bagus.

2. Ada yang aliran “kiri”, menulisnya yang bagus dan foto hanya sebagai penguat tulisan.

3. Ada yang aliran “kanan”, fotografinya ahli dan menulis sebagai media untuk mengungkapkan apa yang difoto.

Jika para member Kampret tidak masuk ke tiga kategori di atas, sebenarnya tak ada masalah. Dalam arti keterampilan terhadap fotografi yang bagus namun tidak bisa menulis. Ini bisa jadi passion-nya memang hanya di fotografi, tidak merambah ke dunia menulis. Seperti kebanyakan fotografer: only can shoot, not to write.

Fotografer tidak bisa menulis itu biasa. Karena antara profesi “menulis” dengan “memotret” untuk saat ini sudah tersegmentasi. Hanya orang-orang yang diberi Tuhan bakat multitalenta-lah yang bisa menulis dan juga memotret. So, berbahagialah bagi Anda wahai “Fotografer yang penulis” maupun “Penulis yang fotografer”.**[harjasaputra]

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: [email protected]

Subscribe to our newsletter

Sign up here to get the latest articles and updates directly to your inbox.

You can unsubscribe at any time
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments