Nasional

[Wawancara] George Aditjondro: Ungkapan “Kera yang Ditonton” Dipelintir Media

Sebagian pesan singkat wawancara

Pernyataan George Aditjondro, penulis buku fenomenal “Gurita Cikeas”, memicu kemarahan warga Yogyakarta karena dinilai telah menghina Keraton Yogya dengan mengatakan “Keraton, kera yang ditonton”. Ia kini dilaporkan ke polisi oleh Forum Masyarakat Yogyakarta (FMY) atas pernyataannya tersebut. Tak hanya itu, rumah kontrakannya digeruduk massa dan distempeli stiker bertulisan, “George jika sudah tak suka keraton dan Jogja, silakan minggat dari Jogja!”. Penasaran dengan kasus tersebut, pagi ini (03/12/2011), penulis berhasil menghubungi George Aditjondro melalui pesan singkat untuk meminta keterangan dari beliau terkait kasus di atas. Berikut adalah pernyataan George:

Apa kabar Pak George, saya baca berita rumah Pak George digrebek massa, tanggapan bapak sendiri terkait itu bagaimana?

“Iya betul, saya menyayangkan itu terjadi. Diserang oleh loyalis-loyalis Sultan”.

Sebetulnya latar belakang mereka marah karena apa Pak?

“Begini, wartawan-wartawan yang mengutip statemen saya curang, mengutip secara tidak utuh. Hanya fokus pada statemen Keraton “Kera yang ditonton” saja. Padahal konteks utuhnya bukan itu”.

Konteks statemen bapak yang utuhnya sebetulnya seperti apa dalam diskusi itu?

“Saya bilang pada diskusi itu kalau Keraton tidak mau dengar suara rakyat, khususnya petani pesisir, itu menafikan keputusan HB IX yang justru meminta UUPA (Undang-undang Pokok Agraria) diberlakukan di DIY. Kalau begitu, keraton bagaikan kera-kera yang ditonton”.

Berarti bapak merasa dipelintir oleh media massa?

“Betul. Saya merasa statemen saya dipelintir.”

Sekarang kasusnya sudah dilaporkan ke polisi oleh Forum Masyarakat Yogya, sikap bapak sendiri bagaimana?

“Saya akan hadapi dengan menjelaskan konteks kata-kata itu dengan menggunakan transkrip dan saksi-saksi”.

Seperti diketahui, kasus pernyataan George Aditjondro yang kontroversial dan memicu kemarahan warga Yogya tersebut disampaikan dalam forum ilmiah di institusi pendidikan Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Rabu (30/11). George Aditjondro menjadi salah satu pembicara dengan tema “Membedah Status Sultan Ground/Pakualaman Ground dalam Keistimewaan Yogyakarta.” Namun kemudian keluar statemen yang menurut warga Yogya telah menghina keraton dan out of context dengan isi diskusi.

——————-
Note: Penulis sudah mendapatkan izin untuk mempublikasikan keterangan yang disampaikannya.

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: [email protected]

Subscribe to our newsletter

Sign up here to get the latest articles and updates directly to your inbox.

You can unsubscribe at any time
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments