Unik

Merpati = Merugi Tapi Pramugari Tetap Impor

Merpati Airlines di Bandara Bima (harjasaputra.com)

Ada yang menarik di saat saya mendampingi Anggota DPR-RI, Dr. Abdurrahman Abdullah, mengunjungi daerah pemilihan di Kota Bima, Rabu (26/6). Kunjungan dalam rangka menghadiri undangan sebagai pembicara pada acara sosialisasi kebijakan penanaman modal. Momen menariknya bukan di acaranya, karena acara flat, berjalan normal, rutinitas tugas as usual.

Momen menarik adalah di saat perjalanan menuju bandara Denpasar, Bali dari bandara Bima. Karena beliau duduk sebagai anggota DPR di Komisi VI, komisi yang bermitra dengan seluruh perusahaan BUMN, maka pesawat yang dipilih pun lebih memilih yang BUMN. Di Bima tidak ada Garuda, adanya pesawat kecil: Wings Air, Merpati, dan TransNusa. Yang BUMN hanya Merpati. Ini untuk menunjukkan bahwa perusahaan BUMN harus didukung, baik dari segi dukungan formal berupa kebijakan di DPR, maupun dari keberpihakan dalam penggunaan.

Terbanglah saya dan bos menggunakan Merpati, beserta dua orang lagi dari BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) yang juga sebagai pembicara pada acara di atas. Kami duduk kebetulan di dekat pintu darurat.

Menjelang take off, seperti biasa, pramugari menghampiri dan menyebutkan prosedur membuka jendela darurat:

“Anda duduk di dekat pintu darurat dan….bla..bla…jika terdengar perintah evacuate..evacuate..tarik tuas ke atas..untuk lebih rincinya silahkan baca buku petunjuk yang ada di depan Anda..”

Kami berempat bengong. Menatap ke pramugari. Ada yang beda, bukan karena pramugarinya cantik, karena rata-rata pramugari kan cantik. Karena apa? Karena mendengar aksen pramugari yang beda. Sudah bisa ditebak dari wajahnya yang terlihat “Jepang banget”, di bajunya juga tertulis nama “Tomoko”. Kami yakin, ia tidak bisa bahasa Indonesia, karena apa yang diucapkan hanya hapalan.

Ketika disela oleh bos saya: “Maaf, di saat apa tadi harus dibuka jendelanya?” Ia bingung, diam sejenak, dan menjawab dengan hanya meneruskan hapalan prosedur tentang membuka jendela yang konteksnya bukan jawaban dari pertanyaan itu.

“Ooh dia mungkin baru jadi pramugari, impor dari Jepang, tapi kok aneh ya”, ucap saya.

“Iya, gimana ini Harja, perusahaan BUMN kita seperti ini. Ini rute dari Bima ke Denpasar, bukan ke Jepang. Tapi kenapa pramugarinya impor dari Jepang ya. Wah ada yang janggal nih. Bisa jadi bahan rapat nanti dengan Dirut Merpatinya”, ujar bos.

“Kalau di maskapai lain, sebut saja Emirates, setiap penerbangan ke negara tujuan pasti diajak pramugari yang asal dari negara itu. Misalnya kalau penerbangan ke Indonesia pasti ada pramugari yang asal Indonesia. Tujuannya agar ada yang native speaker. Lho ini, kan tujuannya bukan ke Jepang, hanya penerbangan lokal”, tambahnya sambil geleng-geleng kepala.

Beberapa saat setelah take off, pramugari asal Jepang itu pun lewat lagi untuk membagikan makanan. Bos saya iseng nanya:

Where are you from miss?”

“Jepang”

“How long you have been in Indonesia

(Diam sejenak..terlihat bingung sambil menatap pramugari lain yang ada di dekatnya. Pramugari yang diliriknya memperlihatkan jumlah jari delapan sambil berbisik)

“Delapan bulan”, jawabnya dengan aksen Jepang seraya memperlihatkan jari delapan.

Setelah pramugari itu lewat bos saya pun bilang: “Wah berarti dia tidak bisa bahasa Indonesia juga tidak bisa bahasa Inggris. Terus kenapa ditempatkan di penerbangan lokal?” Saya diam, tak punya jawaban soalnya. Pertanyaan yang tak harus dijawab, karena pertanyaan saya juga sama.

Pramugari satu lagi, namanya Suci, lewat. Segera ditanya oleh bos saya:

“Mbak Suci, pramugari yang itu baru?”

“Iya pak, baru delapan bulan di Indonesia, dan baru dua bulan terbang. Masih belajar”, jawabnya.

“Rekrutan dari manajemen pusat atau gimana?”

“Iya pak, rekrutan dari manajemen pusat. Ada juga pramugari lain asal Taiwan dan Korea”.

Kami berempat tersenyum mendengar penjelasan pramugari itu. Setelah ia berlalu, bos saya kembali bicara:

“Perusahaan Merpati itu sudah lama merugi lho. DPR sudah sering membahas masalah ini. Pemberian bantuan dana berupa Penyertaan Modal Negara, SLA, dan solusi lain sudah sering diberikan. Tapi lagi merugi, kok pramugarinya rekrut dari luar negeri. Ini aneh luar biasa. Bisa jadi mungkin mereka sukarelawan, tapi apa iya?”

Setelah beberapa lama, lalu terdengar announcement dari pramugari yang menyebutkan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat di bandara Lombok untuk transit. Sontak kami tertawa. Tomoko lagi menjalankan tugasnya dengan aksen yang aneh dan bicaranya yang tidak jelas..haddeeeeh.**[harja saputra]

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: [email protected]

Subscribe to our newsletter

Sign up here to get the latest articles and updates directly to your inbox.

You can unsubscribe at any time
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments