Riset

Tips Menulis Karya Ilmiah

Illustrasi: ami26chan.blogspot.com

Menulis ilmiah berbeda dengan menulis artikel opini atau reportase. Perbedaannya terletak pada gaya penyampaian, akurasi data, metode penulisan, dan referensi.

Menulis ilmiah (seperti menulis untuk jurnal, penelitian, laporan magang, tugas akhir, dan sebagainya) gaya menulisnya menggunakan bahasa-bahasa formal, cenderung kaku, dan kehati-hatian dalam membentuk suatu kalimat.

Ada format baku yang harus diikuti oleh penulis jurnal atau peneliti. Dimulai dengan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, kerangka pemikian, metode penelitian, hasil penelitian, penarikan kesimpulan, dan penyampaian saran atau rekomendasi dari hasil penelitian.

Di sini akan diungkapan beberapa tips yang berkaitan dengan penulisan ilmiah untuk tugas akhir (seperti skripsi, tesis, maupun disertasi). Banyak buku yang beredar tentang bagaimana cara menulis ilmiah disertai metode penulisannya, namun karena berisi rumus-rumus statistik umumnya membingungkan.

Langkah Pertama: merumuskan judul.

Judul merupakan bagian penting dalam rangkaian penulisan ilmiah, karena judul merupakan cerminan besar dari isi penulisan ilmiah. Dalam judul biasanya pembaca bisa mengetahui variabel yang digunakan, jenis penelitian, dan cakupan penelitian.

Misalnya, judul penelitian “Pengaruh humor terhadap minat khalayak pada iklan produk X di televisi”. Judul ini sudah memuat variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu variabel “Humor” sebagai variabel bebas  (variabel X atau variabel yang mempengaruhi) dan variabel “Minat” sebagai variabel terikat (variabel Y / variabel yang dipengaruhi).

Jika bingung dalam merumuskan judul, cara mudahnya adalah merujuk pada jurnal yang pernah meneliti mengenai tema penelitian yang ingin ditulis.

Bolehkah mengikuti judul dari jurnal dengan judul persis sama seperti yang ada pada jurnal? Apakah itu bukan termasuk plagiat?

Perlu dibedakan antara plagiarisme dengan replikasi. Plagiarisme adalah menjiplak hasil karya orang lain, sedangkan replikasi jurnal adalah alur penelitiannya sama, tetapi kasus dan obyek penelitiannya berbeda. Di beberapa perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta terkemuka umumnya menyarankan untuk replikasi dari jurnal yang telah ada.

Hal ini untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami alur yang logis. Replikasi bukan berarti sama dengan plagariasme. Ia berbeda, plagiarisme karya orang lain dan diaku sebagai karya sendiri, sedangkan replikasi, hanya mengikuti alurnya saja. Sumber dari jurnal dijadikan rujukan utama.

Langkah kedua: berangkat dari masalah

Kemukakan masalah yang menjadi fokus peneliti. Deskripsi masalah-masalah umumnya dituangkan di Latar Belakang Masalah. Apa itu masalah? Masalah adalah adanya kesenjangan antara konsep yang ideal dengan kenyataan. Misalnya, judulnya tentang kompensasi.

Idealnya kompensasi diberikan harus mampu meningkatkan produktivitas pegawai, tetapi kenyataannya produktivitas pegawai yang ditunjukkan oleh output hasil kerja menurun. Ini berarti ada masalah. Kalau penelitian tidak berangkat dari masalah, maka berarti itu bukan penelitian, hanya mendeskripsikan saja. Tidak ada nilai positifnya karena tidak akan memberikan sumbangan apapun terhadap obyek yang diteliti.

Langkah ketiga: merumuskan cakupan penelitian

Cakupan penelitian diungkapan dalam bentuk pertanyaan penelitian yang menjadi fokus utama dari pembahasan. Cakupan penelitian tertuang dalam perumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. Pada poin pembatasan masalah hindari kata-kata “karena keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan dari penulis”.

Pembatasan masalah model ini sudah ketinggalan zaman, dan tidak benar sama sekali. Keterbatasan waktu dan biaya bukan pembatasan masalah, tidak perlu dikemukakan di laporan. Itu namanya curhat bukan tulisan ilmiah.

Langkah keempat: cari teori-teori yang relevan dengan judul

Teori dari para pakar merupakan bahan baku utama untuk sebuah tulisan ilmiah. Itu karena kita hidup bukan di ruang hampa, tetapi di era ilmiah. Kita mau tidak mau harus mengutip dari orang lain untuk teori-teori yang digunakan. Hal ini karena kita butuh referensi, atau pembenaran dari para pakar atas apa yang kita teliti.

Teori-teori ini berguna juga untuk menyusun indikator-indikator yang hendak dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan kuesioner (jika penelitiannya adalah kuantitatif dan menggunakan instrumen kuesioner).

Langkah kelima: deskripsikan metode penelitian

Metode penelitian merupakan kerangka yang menjadi acuan dalam penulisan ilmiah. Dalam metode penelitian disajikan metode yang digunakan (apakah kuantitatif atau kualitatif), sumber data, populasi dan sampel (jika penelitian menggunakan sampling), teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Indikator-indikator harus disusun dari teori-teori yang disajikan oleh pakar. Sampel merupakan faktor penting, khususnya dalam penelitian kuantitatif.

Contoh sampel sebetulnya sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang ibu yang memasak sayur, lalu ingin tahu rasa sayurnya, tidak usah mencoba semua sayurnya, cukup dengan satu titik cairan sayur, dia bisa menyimpulkan rasa seluruh sayur itu. Itu namanya sampel.

Langkah keenam: Menyajikan hasil penelitian

Setelah data-data diperoleh sesuai dengan rancangan pada metode penelitian, maka selanjutnya data-data tersebut disajikan dalam bab khusus.

Data-data itu, jika berbentuk data kuantitatif, harus diolah agar ia bisa berbunyi dan bisa dianalisis ke mana arahnya. Analisis data kuantitatif umumnya menggunakan rumus-rumus statistik. Jangan bingung dengan rumus-rumus statistik yang kelihatannya njelimet.

Anda cukup membeli software SPSS, masukkan data yang sudah ditabulasikan dalam tabel induk, dan SPSS akan memberikan output perhitungannya dalam hitungan waktu yang sangat cepat.

SPSS sangat mudah, jika ia mengeluarkan output Sig. maka lihatlah nilai Sig-nya, patokannya adalah 0.05 (jika di bawah 0.05 maka artinya data valid atau terdapat korelasi signifikan antara variabel. Ini tergantung dari metode analisis data yang digunakan).

Selebihnya belilah buku panduan cara menganalisis output SPSS. Menggunakan software ini jauh lebih mudah dan cepat dibandingkan harus menghitung secara manual.

Langkah ketujuh: bandingkan hasil penelitian dengan teori dan penelitian yang lain

Setelah hasil penelitian dikemukakan, maka selanjutnya adalah membuat analisis dengan membandingkan hasil analisis penelitian dengan teori-teori yang dikutip dalam bab teori. Selain itu adalah membandingkan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

Langkah kedelapan: buatlah kesimpulan dan saran

Langkah ini adalah langkah terakhir. Kesimpulan bukan berarti membuat ringkasan dari bab awal sampai terakhir, tetapi merupakan jawaban ringkas yang memuat jawaban dari perumusan masalah yang telah dibuat pada bab awal dikaitkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Saran-saran pun dikemukakan dari arah hasil analisis yang diungkapkan dengan bahasa-bahasa teknis, bukan bahasa umum.**[harja saputra]

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: [email protected]

Subscribe to our newsletter

Sign up here to get the latest articles and updates directly to your inbox.

You can unsubscribe at any time
Subscribe
Notify of
guest
6 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
penyakit ambeien
12 years ago

makasih atas penjelasannya sukses slalu,,,

lupus
12 years ago

oh jadi tambah ngerti deh sekarang..tentang karya ilmiah

gondok
12 years ago

mantap infonya.nuhun….

nabila
nabila
8 years ago

I’m interested with your post about journal, I also have collection of journal on my website, you can find here Publication of Literature

adelina
adelina
7 years ago

mau tanya ni gan, yg dijadikan jurnal utama apakah judulnya harus mirip dengan judul skripsi kita ?

Saputra
Saputra
7 years ago

@Adelina: Jurnal utama tidak harus sama judulnya dengan skripsi kita, minimal mengandung variabel-variabel yang hendak diteliti. Syukur2 kalau semua variabel ada di satu jurnal tersebut.

Thx
Harja Saputra
Web Owner