Pengertian Manajemen Public Relations (MPR)

Pengertian MPR yang dipopulerkan oleh Thomas L. Harris (2001:12) melalui bukunya, The Marketer’s Guide to Public Relations, yaitu:

“Marketing public relations is the process of planning, executing and evaluating programs the encourage purchase and consumer satisfaction through credible communication of information and impressions that identify companies and their products with the needs, wants, concerns and interest of consumers. “

(Pemasaran PR/Relasi Publik yang merupakan suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program untuk merangsang penjualan dan kepuasan pelanggan melalui komunikasi yang terpercaya mengenai informasi dan kesan-kesan yang menghubungkan identitas perusahaan, produk-produk yang dibutuhkan, keinginan, perhatian dan ketertarikan dari pihak pelanggan). 

Dengan demikian, MPR adalah yang dipergunakan dalam strategi dan teknik-teknik PR untuk mencapai tujuan pemasaran.  Tujuan sesungguhnya MPR adalah untuk mencapai kesadaran, merangsang penjualan, memfasilitasi komunikasi dan membangun hubungan antara pelanggan dengan perusahaan dan nama produk. 

Pada prinsipnya, fungsi dari komunikasi MPR adalah menciptakan informasi terpercaya, mensponsori acara-acara yang terkait dan hingga mendukung kegiatan yang bermanfaat untuk khalayak sasaran.

Perkembangan  perpaduan  bagian Marketing dan Public Relations merupakan kenyataan yang relatif masih baru sehingga terjadinya kerja sama antara Pemasaran (Marketing) dan PR/Humas. Meskipun awalnya, banyak kalangan praktisi yang berpendapat dengan penuh keraguan, yaitu berkaitan dengan kenyataan dari kegiatan utama dan fungsi masing-masing yang saling berbeda, antara lain (Harris, 2001:15):

  1. Orientasi dan aktivitas utama. Departemen Public Relations berkaitan dengan corporate mission (misi perusahaan), dan muncul kesulitan bagi pihak marketing untuk bekerja sama dengan PR/Humas, karena Departemen Pemasaran selalu berorientasi pada marketing mission (misi pemasaran). Apalagi, jika ingin melibatkan eksekutif PR akan menghadapi hambatan meluangkan waktu untuk berbicara mengenai marketing plan yang bukan merupakan bidang aktivitas dan tujuan utama PR/Humas.
  2. Dalam organisasi perusahaan, yaitu posisi Departemen PR/Humas merupakan bagian staff function yang bertanggung jawab ke puncak pimpinan, sedangkan Departemen Marketing sebagai line function yang sejajar dengan bagian produksi, keuangan, pelayanan, umum dan personel lainnya yang tanggung jawabnya berada di bawah divisinya masing-masing. Adanya gap tersebut menyebabkan Departemen PR/Humas dan Marketing tidak terkait langsung dalam struktur organisasi perusahaan.
  3. Peran dan Fungsi. Departemen Marketing bertanggung jawab untuk mengembangkan tim pemasaran untuk mencapai tujuannya, maka kesulitan yang muncul jika ingin bekerja sama dengan mengikutsertakan eksekutif dari pihak PR/Humas untuk terlibat dalam perannya sebagai tim pemasaran yang dibutuhkan adalah tenaga full timer atau bekerja penuh, dan bukan PR sebagai tenaga pinjaman atau titipan departemen lain.

Untuk mengatasi keraguan dan kesulitan hubungan kerja sama antara Marketing dan PR/Humas tersebut di atas, seperti dinyatakan oleh pakar pemasaran yaitu Philip Kotler (2005:150), mengenai hubungan antara Marketing dan PR atau istilah lain yang ia sebut “Komunikasi Pemasaran”, menyatakan sebagai berikut:

“Pemasaran menyelesaikan pekerjaan dan pihak PR/Humas yang memulainya, sebaliknya di mana PR/Humas menyelesaikan dan pihak pemasaran yang mengerjakannya. Fungsi Marketing dan Public Relations yang sebagian besar adalah berkaitan dengan eksternal perusahaan.  Kedua fungsi bagian tersebut dimulai dari kegiatan analisis dan perencanaan yang berasal dari pandangan untuk memuaskan kelompok luar.”

Kontribusi aktivitas/kegiatan MPR (Marketing Public Relations) dalam pelaksanaan program pemasaran berkaitan dengan aspek advertising (periklanan) dan promotion (promosi).  Khususnya dalam penyampaian pesan-pesan PR/Humas kepada publik atau konsumen sebagai khalayak sasaran yang selalu besifat “clear message” untuk menepis isu-isu negatif yang kurang menguntungkan bagi citra perusahaan, dengan memiliki kemampuan untuk melobi, bernegosiasi, menerangkan, menjelaskan, persuasif hingga meyakinkan publik.

Mengenai model hubungan Marketing dan PR dalam organisasi yang terbaik menurut Harris (2001:42), adalah Marketing dan Public Relations mempunyai fungsi sama. Ia mengatakan:

“Marketing and Public Relations as the same function, the view that the two function are rapidly converging concepts and methodologies. 

(Marketing dan Public Relations memiliki fungsi yang sejajar, menurut pendekatan pandangan ini bahwa dua fungsi tersebut secara oganisasi-konsepsional dapat dipadukan secara tepat dan metodologis).

Pengembangan selanjutnya dari kerja sama dan fungsi dasar yang sama, saling melengkapi dan hingga akan tercipta sinkronisasi dan hubungan harmonis perpaduan antara hubungan kegiatan Marketing dan Public Relations dalam upaya mencapai satu tujuan, yaitu marketing objective perusahaan.  Perpaduan aktivitas pemasaran dan relasi publik secara efektif, akan mampu membangun hubungan kerja sama yang saling menunjang dalam model pemasaran yang modern. 

Perpaduan M dan PR (MPR) tersebut akan mengarahkan keputusan marketing yang berkaitan untuk menciptakan kepuasan bagi konsumen (consumer satisfaction) dan hubungan baik dengan konsumen (consumer relationship), yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan pihak perusahaan dalam memasarkan produknya secara lebih efektif.

Di samping itu, menurut Thomas L. Harris (2001:67), bahwa MPR semakin banyak mengunakan teknik-teknik dan teknologi pemasaran secara efektif yang mampu menjangkau lebih luas atau memperoleh tanggapan khalayak satu persatu.  Pihak Humas/PR dan pemasaran dalam melakukan kerja sama sebagai upaya menanggapi secara langsung untuk mencapai tujuan MPR yang lebih spesifik, melalui serangkaian kegiatan:

  1. Membangun kegairahan pasar sebelum iklan media dimulai, yaitu melalui peluncuran suatu produk baru dengan mendramatisir dan menawarkan keunikan tertentu melalui proses publisitas yang tinggi.
  2. Membangun hubungan secara individual dengan konsumen, pemasar dengan melalui hubungan telepon hotlines dan internet upaya membangun dan mempertahankan hubungan baik (maintain of good relationship) dengan konsumen secara individual.
  3. Mengubah pelanggan yang puas menjadi faktor pendukung, dengan berupaya memiliki profile dan data pelanggan yang puas tersebut akan menjadi model peran dan fungsinya secara tidak langsung sebagai juru bicara tentang produk yang dipasarkan.
  4. Mendekati tokoh yang berpengaruh, yaitu memanfaatkan orang yang berpengaruh seperti tokoh, pakar , praktisi dan profesional yang cukup dikenal sebagai ‘tokoh penguat’ untuk merekomendasikan atas produk yang ditawarkan.