Komunikasi

Kompas Ceroboh Menyimpulkan

Capture: epaper.kompas.com

Kompas, 1 Maret 2012, menjadikan headline di halaman pertama hasil persidangan yang menghadirkan saksi pada persidangan kasus Nazarudin. Terpampang besar dengan judul “Anas Terima Miliaran Rupiah“. Meskipun ada sisi cover both side pada judulnya dengan menampilkan statemen Anas di subjudul yang berbunyi “Anas Urbaningrum: Itu Dagelan, Bukan Kesaksian“. Tapi, judul besar itu jelas ceroboh.

Kenapa disebut ceroboh? Mari kita lihat keterangan saksi (Heri Sunandar, supir operasional Permai Grup) yang dikutip oleh Kompas: ”Saya terima uangnya dari Ibu Oktarina. Saya disuruh ke Duren Sawit, tetapi di tengah jalan ditelepon karena Pak Anas tidak di rumahnya. Saya disuruh bertemu dengan sopir Pak Anas, Pak Yadi, di Tendean. Kami bertemu di restoran Soto Pak Sadi. Saya serahkan uang itu,” katanya.

Pada paragraf berikutnya disebutkan: “Heri menyerahkan uang itu kepada Yadi sebab ia mengenal Yadi sebagai sopir Anas”. (keterangan ini dapat dilihat juga di kompas.com pada hari sebelumnya di link ini).

Pertanyaannya (jika keterangan ini tidak direkayasa): Siapa yang menelpon Heri bahwa Anas tidak ada di rumah? Tidak jelas. Dan, dari keterangan itu, siapa yang menerima uang? Anaskah? Jelas bukan Anas, tapi Yadi supirnya. Lantas darimana Kompas berani menyebutkan bahwa yang menerima uang itu adalah Anas? Kalimat aktif SPO (Subyek Prediket Obyek) “Anas Terima Miliran Rupiah” yang menjadi judul Kompas menggiring pembaca untuk memahami bahwa Anaslah yang menerima uang itu. Padahal tidak. Menerima adalah bukan bahasa rumit, ia bahasa mudah. Struktur bahasanya jelas, misal, “Saya menerima penghargaan”, artinya sayalah yang menerima penghargaan itu. Sedangkan dalam kalimat itu, jelas bukan Anas yang menerima. Lantas kenapa ditulis Anas yang menerima? Ini kecerobohan fatal. Karena ini menyangkut hukum, yaitu fakta persidangan.

Alasan lain bahwa kesimpulan Kompas adalah ceroboh yaitu: mungkinkah uang 1 juta dollar AS dipercayakan begitu saja untuk diambil oleh sopir? 1 Juta dollar AS itu bukan uang sedikit, bukan 1 juta rupiah. Secara logika tidak mungkin. Apakah Anda jika ada orang yang ingin memberi Anda uang 1 juta dollar akan menyuruh orang lain untuk mengambilnya? Hanya orang tidak normal yang berbuat demikian.

Dari dua hal di atas, benarlah apa yang dikemukakan oleh Sinansari Ecip yang menyebutkan bahwa Angie dan Anas sedang dihukum oleh media. Pers (media) menurutnya mempunyai kepentingan, entah untuk kepentingan bisnis atau kepentingan lain (tulisan Ecip dimuat pada Kompas juga hari ini dalam kolom Opini, deskripsi singkatnya di sini).

Dalih bahwa Anas yang menerima meskipun melalui supir tidak bisa diterima. Jika demikian maksud dari si penulis berita, harusnya ditulis: Anas Melalui Supirnya Menerima Miliaran Rupiah. Memang jadinya tidak menjual kalimat itu, alias tidak seksi. Berarti apa kesimpulannya? Judul itu dibuat bombastis agar seksi, agar menjual. Duh gusti! **[harja saputra]

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: [email protected]

Subscribe to our newsletter

Sign up here to get the latest articles and updates directly to your inbox.

You can unsubscribe at any time
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments