Parlemen

Kejanggalan-kejanggalan dalam Pemberitaan Wawancara Live Nazarudin di Metro TV

Sumber: detik.com

Media rupanya sudah tidak mengindahkan prinsip jurnalistik yang benar. Akurasi pemberitaan tidak lagi menjadi pegangan, hanya ingin buru-buru memberitakan sehingga melupakan kode etik jurnalistik.

Dalam wawancara Live Nazarudin di Metro TV hari ini (19/07/2011), jika ternyata bukan kesalahan dari media, maka hal ini akan terkuak misteri yang sesungguhnya, bahwa ada yang merekayasa. Karena dalam wawancara itu ada beberapa kejanggalan, apa itu? Mari kita lihat, dan dari sini kita bisa menyimpulkan benang merahnya.

Seorang Kompasianer menulis isi wawancara itu: “Anas itu menang dari uang 20 juta dollar AS. Itu uangnya dari mana? Uangnya dari APBN. Uangnya dari proyek Ambalat. Nazaruddin mengatakan, Proyek Ambalat sebesar Rp 1,2 triliun itu sudah direkayasanya. Yang menguasai uangnya itu namanya Mahfud dan uang itu lalu dibagikan cash dan tidak perorangan. Nazaruddin juga mengatakan, Proyek Ambalat itu namanya Mahfud yang tahu. (link: http://politik.kompasiana.com/2011/07/19/nazaruddin-live-membongkar-partai-demokrat-dan-anas/)”

Ada kata proyek Ambalat, silahkan cek ke bagian panitia anggaran atau ke kementerian pemuda dan olahraga apakah ada proyek infrastruktur atlet di Ambalat? Saya berani jamin tidak ada proyek seperti itu di Ambalat.

OK, itu dari kelas Kompasiana. Kita bisa katakan karena penulis amatir, wajar tidak akurat laporannya. Sekarang, mari kita lihat yang profesional. Silahkan buka Kompas.com:

Tertulis: “Nazaruddin mengatakan, uang tersebut diperoleh dari sejumlah proyek negara, seperti proyek pembangunan wisma atlet SEA Games 2011 dan proyek pembangunan Stadion Ambalat. Proyek-proyek tersebut direkayasa agar dapat dimenangkan oleh perusahaan yang terkait dengan Anas dan kroninya. “Proyek Ambalat, misalnya, sudah direkayasa agar Adhi Karya memang,” kata Nazaruddin. Kasus wisma atlet, sambungnya, juga telah direkayasa sejak lama. Pembahasan ini telah dimulai sejak 2010 ketika Anas masih menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Demokrat. Dari proyek ini, Anas pribadi menerima setidaknya Rp 7 miliar. Kemudian, Nazaruddin mengelaborasi proyek Ambalat.” Menurutnya, dari proyek Ambalat senilai Rp 1,2 triliun.” (Link: http://nasional.kompas.com/read/2011/07/19/19043518/Anas.Habiskan.20.Juta.Dollar.Jadi.Ketum)

Kata Proyek Ambalat dikutip 4 kali. Harus ditanya kepada wartawan Kompas.com, sudah dilakukan cek dan ricek belum terhadap proyek Ambalat itu? Saya kembali bertanya hal yang serupa dengan yang di atas, apakah ada proyek infrastruktur atlet di Ambalat? Selain itu, Anda tahu apa dan di mana Ambalat itu? Ambalat itu blok laut perbatasan dengan Malaysia..apa yang dibangun di laut? Pakai logika sehat saja. Tidak mungkin ada proyek untuk infrastruktur atlet di laut.

Kaidah jurnalistik yang harus selalu dipegang oleh wartawan adalah: Akurat, Akurat, dan Akurat. Sangat disayangkan sekelas wartawan Kompas.com tidak akurat dalam pemberitaannya. Ini sangat fatal, karena berarti tidak sesuai dengan kaidah 5W + 1H, yang salah satunya unsurnya where (tempat).

OK. Redaksi bisa mengatakan ini salah ketik, mungkin maksudnya Hambalang, seperti yang dilakukan oleh Rakyat Merdeka Online. Rakyat Merdeka online awalnya menyebut Proyek Ambalat juga tetapi kemudian dikoreksi menjadi Hambalang (Link di sini).

 

Kalau di Hambalang memang betul, ada proyek KSO Adhi Karya dan Wika untuk pembangunan gedung diklat seluruh cabang olahraga. Tetapi Rakyat Merdeka juga melakukan pembohongan yang tidak sama dengan keterangan asli Nazarudin pada saat live. Yaitu ditulis 100 M, padahal Nazarudin tidak mengatakan jumlah tersebut. Di Kompas.com disebut 50 M, tetapi silahkan lihat record asli live di Metro TV (linknya ada di sini), apakah Anda mendapati Nazarudin mengungkapkan jumlah itu? Silahkan Anda dengarkan sendiri, jika ada kasih tahu saya.

Oh, lantas alasannya, itu kan hanya kesalahan teknis hanya kesalahan jumlah dan tempat saja, pokoknya mau 100 M atau 50 M tetap korupsi. Ini sudah salah kaprah, karena Jurnalis harus presisi dalam pemberitaan, tidak boleh mengurangi atau menambahkan, apalagi dalam masalah angka.

Lantas, siapa yang berbohong sesungguhnya? Apakah Nazarudin memang mengatakan Proyek Ambalat? Sayangnya record live di Metrotv online tidak di-publish lengkap. Bahkan, di situsnya ada 3 link dengan judul yang berbeda dan dengan keterangan yang berbeda tetapi video record-nya sama (silahkan akses sekarang web MetroTV di sini) Pada bagian proyek Ambalat atau Hambalang kah tidak di-publish. Apakah berarti MetroTV sengaja menutupi ini? Saya tidak tahu, pembacalah yang harus menilai.

Jika memang Nazarudin mengatakan Proyek Ambalat berarti dialah yang berbohong. Dan berarti dia melakukan rekayasa, keterangan palsu. Sedangkan jika benar, maka MetroTV juga terlibat dalam upaya pembohongan ini karena menutupi dengan tidak mempublish rekaman bagian itu. Yang ditonjolkan adalah dua kata kunci: “Anas dan KPK disuap”. Ada apa ini? Well, inilah jurnalistik kita, menebas angin dengan pisau tumpul.**[harja saputra]

Dimuat juga di Kompasiana: http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/07/19/media-media-kita-tidak-lagi-akurat-dalam-memberitakan-ada-apa/

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: [email protected]

Subscribe to our newsletter

Sign up here to get the latest articles and updates directly to your inbox.

You can unsubscribe at any time
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments