Categories: Filsafat

Merdeka Itu Bahagia

Ilustrasi: harjasaputra.com

Seorang aktivis Amerika tahun 1820, Susan B. Anthony, pernah mengatakan, “Independence is happiness”. Kalimat singkat tapi maknanya luas: kemerdekaan adalah kebahagiaan.

Kalimat bijak itu sangat relevan untuk mendeskripsikan makna kemerdekaan. Kenapa? Coba tanya kepada setiap orang tentang makna kemerdekaan, pasti tidak akan sama jawabannya. Sama seperti ketika ditanya tentang makna kebahagiaan setiap orang pun akan berbeda jawabannya.

Nadra (7 tahun) ketika ditanya tentang apa arti hari kemerdekaan (agustusan), ia menjawab, “Lomba makan krupuk”. Hal ini karena baginya momen itu yang membuat ia bahagia.

Tika (26 tahun) beda lagi memahami kemerdekaan. Baginya kemerdekaan adalah: “Bebas menentukan nasib sendiri, dan kalau sudah menikah bisa lepas dari rumah orang tua atau mertua menuju rumah sendiri, meskipun ngontrak dan walau nggak besar tapi adem ayem”.

Beda lagi dengan Jennifer (29 tahun). Baginya malah, “Kita belum merdeka kok”. Itu berarti ia belum merasa bahagia dengan kondisi Indonesia saat ini.

Anshar (45 tahun) yang berprofesi sebagai tukang ojek, memahami kemerdekaan dengan, “Kalau sudah lunas cicilan motor, anak sudah lulus sekolah dan bisa bekerja sendiri”.

Bagi saya sendiri kemerdekaan memang identik dengan kebahagiaan, ia seringkali tidak disadari padahal inheren dan menyatu dalam diri kita saat ini. Tanpa kemerdekaan mustahil kita hidup seperti sekarang. Ia sering juga dipersepsi berbeda oleh setiap orang sesuai dengan latar belakang, pendidikan, status sosial, pengalaman hidup dan sebagainya.

Bahkan, meskipun ia ditolak dengan mengatakan bahwa kita belum merdeka, justru karena kemerdekaanlah ia bisa mengatakan itu. Kalau dalam ilmu filsafat disebutkan, bahwa dalam upaya menolak atau mengatakan sesuatu itu tidak ada harus ada kesadaran dulu bahwa yang ditolak itu ada. Maksudnya, yang pasti semua orang tahu bahwa hari kemerdekaan RI yang tiap tanggal 17 Agustus itu adalah ada (exist). Silahkan dipahami berbeda sesuai dengan persepsi masing-masing, bahkan silahkan untuk ditolak, tapi tetap kesadaran bahwa itu exist tidak dapat disanggah.

Bagi yang berada dalam jeruji besi tahu betul apa itu arti kemerdekaan, karena dirinya sedang tidak merdeka, sedang tidak bebas, sedang tidak bahagia. Namun bagi yang sedang mengalami hidup merdeka, hidup bebas, dan hidup bahagia, kemerdekaan itu seolah tidak dirasakan padahal ada.

Kemerdekaan adalah fundamental. Ia merupakan hak dasar hidup manusia, hingga orang-orang zaman dahulu berjuang dengan mengorbankan jiwa-raga hanya untuk satu cita-cita: agar kita benar-benar merdeka.

Dikarenakan fundamental, kemerdekaan itu layaknya kebutuhan kita pada matahari. Dalam hidup ini hanya kemerdekaan dan kebahagiaan yang layak untuk dimaknai. Bahwa kita terlahir sudah dianugerahi dengan kemerdekaan untuk memilih. Memilih apapun dalam hidup sehingga berhak menentukan nasib dan bahagia atas pilihan kita sendiri.

Anda tentu tahu bagaimana indahnya matahari, dan tentu masing-masing akan berbeda mendeskripsikannya. Tapi ada satu yang tak akan berbeda: bahwa ia menyinari kita dan memberikan kita semangat untuk menjalani hidup. Di bawah sinarnya kita semua bernaung, di bawah sinarnya kita bercengkrama dengan sesama. Meskipun ia terpaut jauh dari kita keberadaannya, tapi Anda tahu ia mengikuti kita kemana pun melangkahkan kaki. Begitu juga dengan kemerdekaan.

Sebagaimana tak ada yang bisa mendeskripsikan sinar matahari.  Ia inheren bersama keberadaan matahari. Ketika ada matahari maka di situ pasti ada sinarnya. Begitu pun, tak ada yang tahu persis apa definisi dari kemerdekaan ini. Ia begitu terang, begitu jelas, begitu simpel. Ketika kita lahir di bumi pertiwi ini, kita hadir sebagai seseorang yang merdeka.**[harjasaputra]

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Lihat Komentar

Share