Filsafat

Metamorphoself: Revolusi Diri

Ilustrasi: networkedblog.com

Dulu, pernah ada iklan di tahun 2006 dan sempat booming dengan mengusung tagline “METAMORPHOSELF”. Tulisan ini bukan untuk mengenang kembali iklan itu, karena saya bukan agen pengiklan. Saya tidak butuh uang dalam berbagi di blog. Semuanya saya share secara gratis. Tulisan ini mengangkat itu karena ada nilai-nilai yang penting di tagline itu.

Metamorphoself yang dimaksud adalah menjadi diri sendiri ke arah yang lebih baik. Ini penting. Kenapa penting?

Sebelum membahas itu, kembali saya ingatkan ini hanya refleksi pribadi. Bisa cocok untuk semua kalangan atau bahkan tidak cocok sama sekali.  Bukan apa-apa, saya selalu menekankan ini refleksi pribadi untuk menunjukkan bahwa semua pendapat kita adalah relatif. Jika ini benar maka ada kemungkinan untuk berlaku selamanya, meskipun gradasinya mungkin masih ada yang lebih benar dari ini. Bisa juga salah.

Denganya ada prinsip, bahwa pendapat orang itu selalu berubah sesuai dengan pengalaman dan usianya. Tapi setidaknya, inilah pendapat saya hari ini. Jika kemudian saya menemukan yang lebih baik, akan saya revisi lagi pendapat saya sekarang.

Kenapa harus metamorphoself? Karena setiap orang itu dilahirkan sebagai SUPERIOR. Dalam biologi dengan nyata dikatakan bahwa dalam sperma itu terkandung jutaan sel, namun hanya satu aja yang berhasil membuahi sel telur, yang lainnya mati dalam struggle utk masuk ke dalam sel telur.

Seluruh jutaan sel sperma itu berjuang keras untuk membuahi sel telur, dan akhirnya ketika 1 sel berhasil membuahi, maka yang lainnya mati atau menggugurkan diri (tapi bukan dengan jalan bom bunuh diri).

Dengan demikian, kita yang terlahir adalah superior karena telah berhasil mengalahkan jutaan kesempatan hidup orang banyak. Lihatlah kita lahir sebagai the winner one. Inilah sesungguhnya basis dari pentingnya metamorphoself. Menjadi diri sendiri. Karena kita hidup sudah melewati tahap perjuangan keras bahkan di saat sebelum kita dilahirkan.

Jadi kenapa harus menjadi atau memaksakan diri untuk meniru orang lain. Meskipun memang, manusia tidak bisa mandiri seratus persen dari pengaruh orang lain, tetapi pengaruh itu jangan sampai meleburkan jati diri masing-masing manusia. Karena setiap orang adalah unik, punya karakter sendiri-sendiri, punya keahlian sendiri-sendiri, punya selera sendiri-sendiri, dan lainnya.

Ini menjadi penting untuk para remaja yang berada di fase “meniru”. Remaja sedang mencari jatidiri dengan jalan meniru. Maka solusi terbaiknya, silahkan tiru tetapi jatidiri masing-masing orang harus dipertahankan.

Misalnya, ketika melihat gaya hidup orang lain yang serba mewah, lantas dengan berbagai cara ingin meniru gaya hidup tersebut. Tak jarang, para wanita ABG menempuhnya dengan menjual diri, atau yang lain menempuh cara dengan mencuri dan sebagainya.

Untuk apa itu semua? Alasannya untuk eksis. Lah, kita semua sudah eksis alias sudah ada dan sudah terlahir sebagai seorang pemenang. Tidak usah meniru yang berlebihan sampai semua cara yang tidak seharusnya ditempuh dilakoni. Fokuslah pada keunggulan diri sendiri, gali potensi diri, karena kita dibekali oleh Tuhan sebagai pemenang, pasti punya kelebihan.**[harja saputra]

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Lihat Komentar