Categories: IPTEK

Perbandingan Premium, Pertamax, Pertamax Plus, dan Shell V-Power

Ilustrasi: harjasaputra.com

Pada postingan sebelumnya, telah dilakukan uji coba tingkat kehematan konsumsi bahan bakar antara Premium dan Shell V-Power (linknya di sini).

Berikut ini adalah hasil dari uji coba yang sudah saya tuliskan pada postingan sebelumnya. Saya tampilkan kembali untuk memudahkan perbandingan.

Diketahui bahwa Premium memiliki tingkat konsumsi bahan bakar dengan rasio 1:6 dan Shell V-Power 1:10.1 (dibulatkan menjadi 1:10).

Artinya, konsumsi mobil sebanyak 1 liter premium dapat menempuh jarak sejauh 6 kilometer dan 10 kilometer jika menggunakan Shell V-Power.

Variabel-variabel yang mempengaruhi selain bahan bakar, seperti kendaraan yang digunakan, rute, AC, dan gaya mengemudi dibuat konstan sehingga dapat diketahui perbandingannya secara lebih fair.

Uji Coba Shell V-Power
Rasio konsumsi bahan bakar dengan Shell V-Power (harjasaputra)
Uji Coba Premium

Rasio konsumsi bahan bakar dengan Premium (harjasaputra)

Uji Coba Pertamax

Pada postingan ini akan dilakukan perbandingan dari bahan bakar Pertamax dan Pertamax Plus. Selain itu, akan dibuat benchmark dari 4 jenis bahan bakar yang dijadikan uji coba.

Tahapan uji coba adalah sama seperti pada uji coba sebelumnya dengan metode full tank to full tank fuel. Untuk bahan bakar Pertamax dengan oktan 92 yang saya uji coba diperoleh hasil rasio konsumsi bahan bakar sebagai berikut:


Rasio Konsumsi Bahan Bakar Pertamax (harjasaputra)

* Rute perjalanan sama dengan sebelumnya: Depok-Pondok Indah-Senayan (dalam kota – pp)

Dari gambar di atas diperoleh rasio konsumsi bahan bakar Pertamax sebesar 1:8.6. Lebih tinggi daya tempuhnya sebesar 2.6 km dibanding bahan bakar bersubsidi (premium) atau lebih irit sebesar 43%.

Perlu dikemukakan di sini, bahwa pada faktur di atas tertulis Pertamax Plus (Pertamax +), itu karena dengan metode full tank to full tank maka perhitungan jumlah bahan bakar yang dihabiskan harus dilihat dari pengisian berikutnya.

Jadi jika di awal diisi dengan Pertamax lalu mobil digunakan dan diisi lagi dengan Pertamax Plus, maka faktur Pembelian Pertamax Plus digunakan untuk melihat seberapa banyak Pertamax yang digunakan. Begitu juga untuk melihat berapa banyak Pertamax Plus yang digunakan maka harus dilihat pada pengisian berikutnya. Jadi bukan terjadi kesalahan input.

Uji Coba Pertamax Plus

Berikutnya adalah hasil uji coba dari pemakaian bahan bakar Pertamax Plus, diperoleh rasio sebagai berikut:


Rasio Konsumsi Bahan Bakar Pertamax Plus (harjasaputra)

Dari gambar di atas terlihat bahwa dengan menggunakan Pertamax Plus (oktan 95) diperoleh rasio konsumsi bahan bakar sebesar 1:9.4. Lebih besar tingkat keiritannya dibanding Pertamax dan Premium. Jika dibandingkan dengan premium maka diperoleh nilai efisiensi sebesar 57%.

Kenapa perbandingannya ke Premium? Hal ini untuk meyakinkan bahwa beralih dari bahan bakar bersubsidi ke bahan bakar non-subsidi memiliki tingkat kehematan yang hampir sama bagi pengguna kendaraan. Apalagi jika nanti harga premium naik.

Kesimpulan

Setelah melakukan uji coba terhadap 4 jenis bahan bakar, berikut ini adalah penilaian perbandingan dalam bentuk tabel:

Tabel perbandingan 4 bahan bakar yang diujicoba (harjasaputra)

Dari tabel perbandingan di atas, secara keseluruhan (overall) Shell V-Power menempati posisi tertinggi (excellent) dibanding bahan bakar lainnya. Hal ini dilihat dari rasio konsumsi bahan bakar sebesar 1:10.1, disertai keunggulan lain dari aspek pengaruhnya terhadap performa kendaraan seperti tarikan, responsivitas mesin, menjaga mesin agar tetap bersih, dan pelayanan yang prima dari para petugas SPBU Shell.

Di SPBU Shell konsumen bisa memperoleh pelayanan yang berbeda, seperti dibersihkan kaca mobil dan pelayanan yang lebih ramah.

Ada satu hal yang menarik, apakah ini berlaku bagi seluruh SPBU Shell atau tidak saya sendiri belum mendalami hal ini, yaitu masalah pengembalian uang. Di SPBU Shell diterapkan pembulatan ke bawah.

Misalnya, di mesin pengisi tertera Rp.151.890. Maka dibulatkan menjadi Rp.151.500 saja. Sedangkan di SPBU Pertamina pembulatan umumnya ke atas, yaitu menjadi Rp.152.000. Hal ini saya jumpai di 2 SPBU Shell. Bahkan, menurut obrolan dengan teman, memang ia pun sering mengalami perbedaan tentang pembulatan uang kembalian yang sama seperti itu.

Ini bukan berarti menjelekkan bahan bakar produksi Pertamina. Bahan bakar Pertamina, seperti dilihat pada tabel di atas, juga memiliki tingkat performa yang hampir setara. Untuk bahan bakar oktan 95 (Pertamax Plus) unggul dari segi harga jual yang terpaut Rp.600 (Shell V-Power) atau lebih murah sebesar 6%. Agar dapat lebih bersaing dengan produksi Shell tentunya harus ditingkatkan lagi kualitas produk dan pelayanannya.

Dari perbandingan bahan bakar pada level yang sama, yaitu antara yang beroktan 95 Pertamax Plus dan Shell V-Power, meskipun oktannya sama tetapi diperoleh rasio konsumsi berbeda. Hal ini karena Shell V-Power jika dilihat dari unsurnya adalah 99% memiliki bahan sama dengan yang digunakan untuk balapan oleh Ferrari pada balapan Formula One.

Pada setiap balapan Formula One hanya diperbolehkan isi bahan bakar satu kali, sehingga produsen Ferrari yang bekerjasama dengan Shell harus berusaha menciptakan bahan bakar yang memiliki tingkat efisiensi tinggi. Jadi sudah teruji bertahun-tahun di level internasional.

Diskusi

Uji coba ini memiliki kelemahan sehingga hasilnya belum dapat dikatakan sebagai penelitian yang komprehensif. Di antara kelemahannya adalah, metode pengujian bersifat one-shot measure atau pengujian dengan sekali uji coba. Pengujian yang reliabilitasnya tinggi umumnya dilakukan dengan metode repeated measure (pengujian berkali-kali).

Selain itu, uji coba ini belum dapat digeneralisasikan ke bahan bakar lain. Bahan Bakar dari produsen Total misalnya, meskipun oktannya sama yaitu 95, tetapi tidak termasuk dalam cakupan uji coba ini. Tidak dapat digeneralisasikan juga ke kendaraan lain. Karena berbeda spesifikasi kendaraan berbeda juga daya konsumsi bahan bakarnya.

Tak kalah pentingnya adalah kondisi kemacetan yang kadarnya berbeda meskipun rutenya sama. Uji coba ini hanya memberikan semacam gambaran umum dari tingkat efisiensi bahan bakar.**[harjasaputra]

Untuk mengetahui metode dan kendaraan yang digunakan untuk uji coba, silakan simak: Benarkah Bahan Bakar Shell V-Power Lebih Efisien?

————-

Update 18 Nov 2014 setelah kenaikan harga Premium:

(terima kasih untuk salah seorang pembaca yang telah mengirim email pada saya untuk menampilkan biaya per kilometer. Khusus untuk data Shell Super saya masukan dan sudah diujicoba dengan metode yang sama.)

Dari perubahan harga dan perhitungan biaya per kilometer untuk masing-masing bahan bakar di atas, jelas produk dari Shell lebih irit di semua lini produk. Maka, dampak yang akan muncul dari kenaikan BBM adalah akan banyak beralihnya konsumen BBM ke produsen luar negeri.

Update 31 Desember 2014 (penurunan harga Premium dan Pertamax):

Pemerintah sudah menetapkan penurunan harga premium yang awalnya Rp.8500 menjadi Rp.7600. Pertamina pun telah mengumumkan untuk menurunkan harga Pertamax.Mulai berlaku pukul 00.00 tanggal 1 Januari 2015.

Namun ada yang aneh untuk penurunan harga Pertamax. Awalnya, pihak pertamina mengatakan harga Pertamax 92 menjadi Rp.8700. Jam 01.00 malem saya ke SPBU niat untuk beli Pertamax ternyata turunnya cuma 350 rupiah, harganya sekarang Rp.9600.

Bagaimana analisanya? Tabel di atas mengalami perubahan harga/km seperti pada tabel berikut:

Perubahan harga Premium meskipun tidak signifikan tetapi diikuti dengan perubahan harga Pertamax. Hal ini akan mengembalikan perilaku konsumen terhadap penggunaan BBM. Konsumen yang awalnya ke Shell akan kembali lagi pada BBM Pertamina. Alasannya jelas dari masalah harga.

Dengan tingkat kehematan tertinggi ditempati oleh Pertamax 92 menyalip posisi Shell Super. Akankah Shell menurunkan lagi Shell Super 92-nya? Kita tunggu saja!**

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Lihat Komentar

  • kalau dilihat foto pada perbandingan Pertamina Premium vs Shell V-Power...premium digunakan pada siang hari sementara v-power pada malam hari...mungkin perlu dijelaskan perbedaan suhu & traffic (yg berpengaruh pada driving style) karena hal ini turut mempengaruhi konsumsi bahan bakar

  • Agak sakit perut baca tulisan ini. Coba baca dulu manual mobilnya. Kesimpulannya mobil anda ngga direkomendasi pake premium.

  • ane pengguna motor Yamaha Byson menggunakan bahan bakar pertamax plus aja udah ngacir plus irit ternyata shell v-power lebih lagi, emang sih pada bilang beralih aja ke shell. tapi tempat ane jarang sih pom bensin shell gimana dong :(

  • @Pak Agus: Faktur Shell V-Power memang saya isi malam hari, tapi bukan berarti malam itu juga habis. Full tank bisa beberapa hari baru habis, termasuk pemakaian pagi dan siang hari juga kebanyakan.
    Makasih atas komentarnya.
    Harja Saputra (Blog owner)

  • Mobil yang digunakan dan alasan menggunakan mobil tersebut sudah saya cantumkan linknya di tulisan. Salam
    HS

  • mo nanya broo.. mobil saya Mitsubishi Eterna 16V GTi. 2.0 , tahun pembuatannya 1990, apakah ngaruh? atau bisa menggunakan oktan tinggi? mengingat usia-nya sudah ABG..23th..? tolong sarannya..

  • @Rido: Wah maaf bro, saya blm bisa jawab karena belum pernah coba bandingkan kalo utk mobiltua yg CC-nya tinggi.
    Thx
    Saputra

  • mau tanya klo semisalnya memakai campuran BBM? contohnya dari hari ini premium, sorenya pertamax. besok paginya permatax plus.. apakah merusak kendaran (motor/mobil) atau ndak da pengaruhnya yah? maksih..