Categories: Polhukam

Catur Politik Anas Urbaningrum

Foto: swatt-online.com

Nun jauh di sana, di negeri Macedonia, salah satu kota di Yunani tahun 359 SM. Phillip yang masih berusia 24 tahun menjadi raja Macedonia. Ia berhasil mengalahkan Argaeus, ksatria utusan negeri Athena yang ingin menguasai negeri itu. Macedonia kala itu menjadi negeri impian yang ingin ditaklukkan oleh Athena karena bertanah subur sehingga diharapkan dapat mendukung supply jagung dan emas ke negeri Athena.

Athena dan Macedonia adalah dua kota yang saling bermusuhan. Macedonia dikenal dengan budaya barbar, tetapi alangkah terkejutnya para penguasa Athena karena Phillip tidak menunjukkan hal tersebut. Phillip menunjukkannya dengan membebaskan tawanan perang dari tentara Athena tanpa tebusan. Dia bahkan menawarkan pembentukan kerjasama dengan Athena.

Lalu muncullah Demosthenes dari Athena yang datang untuk melawan Phillip dan memperingatkan akan bahaya Phillip kepada seluruh daerah Yunani. Tidak ada reaksi pada saat itu. Namun beberapa tahun kemudian, di saat pasukan Phillip kelelahan karena telah beberapa kali perang, Athena lalu mengirim pasukan untuk menyerang Phillip. Bala tentara Phillip terperangkap di antara kepungan pasukan Athena, dan pasukannya nyaris habis tak tersisa. Namun, Phillip berhasil selamat dibantu oleh ksatria-ksatria setianya.

Phillip adalah sosok yang pintar. Meskipun kalah dari Athena, Phillip melancarkan strategi dengan cara terus memperluas daerah kekuasaannya ke bagian utara, timur dan pusat Yunani. Lalu, pada tahun 346 SM, dia tiba-tiba menawarkan kerjasama lagi dengan Athena. Banyak politikus kota Athena yang tidak mau berhubungan dengan dia, tetapi resikonya adalah perang dengan Macedonia ketika Athena tidak siap untuk itu. Karena daerah kekuasaan Phillip sudah sangat luas. Tawaran yang sulit untuk ditolak.

Demosthenes si raja Athena sekarang berada dalam kondisi yang terpojokkan. Lalu pada tahun 338 SM mereka melakukan aliansi dengan Thebes untuk mempersiapkan perlawanan terhadap Philip. Dua kelompok tentara dari Athena dan Thebes bertemu dengan Macedonia dalam pertempuran di Chaeronea, di pusat Yunani, tetapi kemudian Philip memenangkan peperangan.

Lalu Athena berada dalam kondisi panik. Dan, sekali lagi mereka ternyata salah. Dalam tawaran kerjasamanya, Philip kemudian berjanji untuk tidak menyerang Athena. Sebagai gantinya dia bermaksud mengalihkan cadangan dari timur, dan Athena dapat menjadi sekutu Macedonia. Sebagai bukti dari ucapannya, Philip membebaskan tahanan perang tanpa meminta tebusan. Dia juga meminta putranya, Alexander, sebagai delegasi ke Athena untuk mengirimkan debu para tentara yang mati di Chaeronea.

Tahun kemudian Philip mengadakan kongres yang terdiri dari seluruh kota yang ada di Yunani (kecuali Sparta, yang menolak untuk hadir) untuk mendiskusikan kerjasama apa yang disebut Liga Hellenic. Untuk pertama kalinya, seluruh negara Yunani bersatu dalam satu naungan. Segera setelah adanya kesepakatan tersebut, Philip menawarkan kepada negara-negara bagian memerangi wilayah Persia yang dibencinya. Tawaran tersebut disambut dengan baik dengan Athena sebagai pemandu utama penyerangan tersebut. Entah bagaimana setiap orang lupa atas apa yang telah diperbuat Phillip.

**

Sejarah terus berulang. Tidak ada hal baru di dunia ini, hanya berganti aktor, tempat dan waktu. Kondisi politik di tubuh Partai Demokrat saat ini ibarat kondisi yang terjadi di negeri Yunani di atas. “Perang” antara kubu Athena dan Macedonia. Dan jelmaan Phillip, Anas Urbaningrum, menjadi aktor yang sedang diserang. Sang penguasa negeri Athena, Demosthenes dan para pengikutnya adalah pihak yang menginginkan dirinya mundur. Tetapi “Phillip Demokrat” sudah duluan melancarkan strateginya, sudah melebarkan sayapnya ke daerah-daerah, mendapat dukungan yang luas dari banyak DPD dan DPC sebagai organ penting mesin partai.

Kunci utama “Phillip Demokrat” adalah harus memberikan kepercayaan pada lawan-lawan politiknya. Harus membuktikan bahwa dirinya bersih, dan bagaimana ia bisa meyakinkan bahwa dirinya adalah orang yang terpercaya. Dan kini dapat dilihat ia sedang melakukan itu, kembali aktif di berbagai pertemuan dengan tokoh nasional, melakukan konferensi pers, dan lainnya. Kini ia sedang bermanuver.

Apakah “Phillip Demokrat” ini dapat mengalahkan “Demosthenes” sang penguasa negeri Athena? Ataukah sebaliknya, seperti pernah terjadi di hutan belantara di saat pasukan Phillip sedang kelelahan dan dibabat habis oleh pasukan Demosthenes? Kita lihat saja, pasti akan seru..!**[harja saputra]

——————–

Kisah Athena Vs Macedonia disarikan dari karya Henry Mintzberg, Bruce Ahlstrand, Joseph Lampel, Strategy Safary, 2009.

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Share