Categories: Polhukam

Perspektif Lain Memahami Keterangan Angelina Sondakh

Foto: okezone.com

Ada beberapa hal yang misleading (salah arah) dalam melihat kesaksian Angelina Sondakh di persidangan Nazarudin. Entah kenapa kini fokus pembahasan jadi ke “kebohongan” Angie bukan pada substansi masalahnya.

Di mana mislead-nya? Seperti diungkapkan oleh Yunarto Wijaya (pakar komunikasi politik dari Charta Politika) bahwa hal yang sangat penting diingat adalah: Angie kemarin hadir di persidangan sebagai “saksi” pada kasus Nazarudin, bukan sebagai “orang yang disidang”. Poin ini menjadi sangat penting karena di sinilah mislead terjadi. Yang disidang adalah Nazarudin dengan kasus korupsi Wisma Atlet, Angie dihadirkan sebagai saksi atas kasus tersebut.

Tokoh sentral yang hendak dibuktikan bersalah atau tidaknya dalam persidangan kemarin adalah siapa? Nazarudin. Bukan Angie. Akan tetapi, kini semua fokus pada keterangan Angie yang memang kontroversial, dinilai banyak kebohongan, masalah Blackberry, dan keterangan-keterangan lain. Dari segi komunikasi, jelas di sini ada noise: isu besar Nazarudin yang disidangkan menjadi kabur oleh isu dugaan kebohongan Angie. Ramailah dicari foto-foto yang berusaha membuktikan yang sebaliknya dari keterangan Angie: foto-foto Angie memegang BB dan lainnya.

Angie juga sudah ditetapkan sebagai tersangka. Di sini pula letak untuk memahami permasalahan statemen Angie yang kontroversial, yaitu: sebagai saksi sekaligus sebagai tersangka. Secara psikologis, tentu ia akan membuat statemen yang tidak gegabah, yang bisa menjadi bumerang bagi dirinya sendiri kelak di saat ia disidangkan.

Apakah Angie berbohong atau tidak, pihak yang harus membuktikan itu adalah KPK. Nanti ada waktunya untuk menggali itu dalam persidangan tersendiri terhadap Angie, bukan saat ini. Yang paling penting saat ini justru adalah membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran dari keterangan Nazarudin, karena Nazarudinlah yang disidangkan. KPK jelas sudah memiliki bukti-bukti khusus dalam persidangan Angie nanti.

“Dugaan kebohongan” yang dilakukan Angie menjadi celah yang dimanfaatkan betul oleh Nazarudin dan para pengacaranya. Ini menjadi pintu masuk untuk mengaburkan opini. Opini digiring ke arah Angie bukan ke arah Nazarudin. Lihat saja misalnya, pengacaranya setelah kesaksian Angie kemarin selain mengatakan Angie berbohong juga membuat statemen yang tidak ada hubungannya sama sekali, yaitu bahwa Angie pernah meminta cerai terhadap Adjie Massaid. Ini adalah upaya untuk menggandakan opini agar lebih terarah ke Angie bukan ke Nazarudin.

Banyak opini saat ini yang mencoba menerka-nerka apa motif Angie atas “dugaan kebohogan” yang dilakukannya, di antaranya bahwa ia sedang mencoba melindungi seseorang. Ini juga berkaitan dengan leading yang diciptakan sehingga membentuk opini-opini ke arah yang sudah ditentukan. Arah tembakannya mengkerucut pada sosok Ketua Umum Partai Demokrat: Anas Urbaningrum. Dugaan kebohongan Angie pun lagi-lagi diarahkan ke situ. Situasi ini seolah-olah sudah dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi anak panah dari berbagai arah yang menyerang Anas.

Bukan itu saja, kesaksian dari salah satu DPC Kab. Boalemo Gorontalo, Ismiati Saidi, pun diangkat menjadi lead yang lain. Terkait masalah isu politik uang di Munas Partai Demokrat di Bandung. Kesaksian ini diangkat, agendanya tetap sama: menembak Anas Urbaningrum. Padahal jika dilihat dari sejarah hidup Ismiati Saidi, keterangan itu diragukan. Kenapa demikian? Karena ia pernah memiliki ambisi besar untuk menjadi anggota legislatif tetapi tidak pernah kesampaian meskipun ia sudah habis segala macam. Ada semacam “stres politik” yang dialami oleh Ismiati Saidi dan momen saat ini dimanfaatkan olehnya untuk menasional, tujuannya jelas, untuk memenuhi ambisinya.

Jadi, dari sisi hukumnya, pertarungan yang sejatinya adalah pembuktian kasus Nazarudin, tetapi kemudian ini dimanfaatkan untuk menembak Anas. Kasus Angie dan isu politik uang di Munas pun sepertinya akan sama: dimanfaatkan untuk menghujani Anas dengan “panah-panah beracun”.

Tahun 2012 ini adalah tahun penentuan bagi Demokrat sebagai fase pembersihan kader-kader bermasalah. Jika bisa melewati fase ini, recovery akan mudah dilakukan untuk persiapan di tahun 2014. Itu semua kuncinya ada di Angie.**[harja saputra]

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Share