Categories: Polhukam

Saut Situmorang Sudah Lama Memendam Benci pada HMI

Saut Situmorang (foto: indonesiasatu.co)

Setelah munculnya polemik yang mengundang banyak reaksi dari pernyataan Saut Situmorang mengenai HMI di salah satu acara televisi swasta, Senin (9/5/2016) Saut meminta maaf pada keluarga besar HMI. Namun, dari ungkapan permintaan maafnya terselip satu makna lain. Pandangan miringnya mengenai para tokoh HMI memang sudah ia pendam lama.

Saut mengaku, bahwa pernyataan yang disampaikan dalam acara talkshow itu di bawah alam sadar dirinya. Ia mengungkapkan, “Itu pernyataan saya keluar dari alam bawah sadar saya. Saya inginnya tidak ditindaklanjuti”.

Pernyataan itu tersebar di banyak media mainstream. Ini untuk kedua kalinya, Saut sebagai Pimpinan KPK yang posisinya sebagai pejabat penegak hukum, terlihat berpolitik. Kenapa demikian? Ungkapan “Alam Bawah Sadar” itu sangat multi-interpretasi, bersayap, dapat dipahami banyak arti. Ini bukan pernyataan yang layak dikeluarkan oleh pejabat penegak hukum, melainkan oleh para politisi. 

Jika merujuk pada teori Sigmund Freud, alam bawah sadar adalah beyond sadar. Maksudnya justru kesadaran tingkat tinggi. Alam bawah sadar, menurut Freud, sebagai sumber dari motivasi dan dorongan yang ada dalam diri manusia. 

“Alam bawah sadar merupakan bagian yang paling dominan dan penting yang mempengaruhi perilaku manusia. Alam bawah sadar kaya akan pikiran dan emosi yang terpendam dan sewaktu-waktu dapat mengekspresikan dalam bentuk slips of tongue, halusinasi, atau mimpi.” (Sharon menginterpretasikan Freud, 2005:204).

Alam bawah sadar merupakan kondisi psikologis seseorang yang sering luput dari penghilatan dan keberadaannya seringkali tidak disadari, namun ia justru sebagai gudang konflik-konflik terpendam yang mempengaruhi perilaku individu.

Dari kutipan di atas, kepleset lidah atau slips of tongue muncul dari seseorang sebagai wakil dari emosi terpendam yang awalnya justru lahir dari alam sadar yang terus berulang-ulang hingga kemudian mengendap di alam bawah sadar. Dengan demikian, Saut secara nyata memang sudah memendam pandangan miringnya mengenai HMI sejak lama.

Bahkan jika dilebarkan, bukan tidak mungkin, Saut Situmorang memendam pandangan yang miring juga terhadap para tokoh Muslim. Hal ini preseden yang buruk bagi aparat penegak hukum. Pantas saja banyak orang yang kini ragu akan obyektifitas KPK. KPK sejak berganti dengan pimpinan baru dinilai seakan tebang pilih. Jangan salahkan jika ada pandangan yang seperti itu, karena ternyata pandangan dari pimpinan KPK-nya sendiri sangat mengandung SARA.

Itu adalah interpretasi dari pernyataan Saut Situmorang yang memang eksplisit dan implisit sekaligus. Kalau dikatakan bukan demikian maksudnya, tetapi maksud yang di luar itu, itulah bukti bahwa dia sedang berpolitik.

Pernyataan pimpinan KPK sebagai lembaga penegak hukum seharusnya tidak menimbulkan multi-interpretasi. Harus definitif. Hal itu dikarenakan pejabat penegak hukum merupakan representasi dari hukum yang harus ia tegakkan. Hukum itu sendiri tidak dibangun oleh pernyataan-pernyataan spekulatif. Bahasa hukum adalah bahasa yang jelas bukan bahasa yang bisa dipahami berbeda. 

KPK merupakan lembaga yang menjadi tumpuan harapan rakyat Indonesia untuk mencegah dan memberantas korupsi. Bagaimana KPK mau bekerja jika kantornya rusuh gara-gara digeruduk oleh massa. Kinerja KPK akan terhambat bahkan tidak akan berjalan jika pimpinan KPK semacam SS terus mengumbar penyataan-pernyataan yang kontraproduktif.**[harjasaputra]

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Share