Categories: Sosbud

Hormatilah (Juga) yang Tidak Puasa!

“Lho kok..menghormati orang yang tidak puasa, tidak kebalik tuh?”

Wajar jika memang banyak yang berpandangan begitu. Saling menghormati dan empati harus melibatkan dua belah pihak, antara yang menghormati dan yang dihormati. Dalam berpuasa, saling menghormati juga harus ada dari kedua belah pihak. Untuk yang tidak berpuasa, maka harus menghormati yang berpuasa dengan tidak menunjukkan secara vulgar aktivitas makan-minum atau merokok di hadapan orang yang berpuasa. Bagi yang berpuasa pun, tetap harus menghormati yang tidak puasa.

Orang yang tidak puasa (non-muslim atau karena udzur dan halangan) mempunyai hak untuk makan dan minum. Jangan asal sweeping saja warung-warung yang buka di siang hari. Karena kalau men-sweeping berarti seakan-akan semua orang itu Muslim. Artinya tidak menghormati orang yang berbeda dengan keyakinan dirinya.

“Ah kami kan men-sweeping karena justru mereka yang tidak menghormati orang puasa, makan minum di siang hari seenaknya.”

Lho…kalau mereka non-muslim atau yang sedang berhalangan apa harus dipaksa puasa juga.  Artinya, dalam beragama diharuskan ada kedewasaan dan kearifan. Karena agama tidak mengajarkan kekerasan. Jika ada ajaran agama yang mengarah ke kekerasan, yakinlah bahwa itu bukan dari agama. Jangan terlalu lebay dalam berkeyakinan. Setiap yang berlebihan adalah haram.

Kasus yang terjadi di masyarakat terkadang kedua belah pihak sama-sama tidak memiliki toleransi. Orang yang tidak puasa enak saja merokok sambil berjalan. Orang yang berpuasa sama-sama tidak sabarnya. Main bentak saja, “Woooiii hargai dong orang yang berpuasa…”. Sambil ngotot.

Berpuasa bukan untuk memarahi orang lain yang tidak berpuasa, tetapi untuk lebih memantapkan kualitas diri. Anggaplah yang tidak berpuasa, bahkan yang sengaja menggoda dengan terang-terangan tidak puasa di tempat umum, sebagai cobaan. Semakin tinggi cobaan semakin tinggi kualitas diri jika lulus dari cobaan tersebut. Jangan karena soal orang lain merokok sudah marah tak karuan. Selain mengurangi pahala puasa, juga tidak melatih untuk bersabar.

“Itu kan bagian dari Amar Makruf Nahi Munkar”.

Konsep itu jangan disalah-artikan. Amar makruf nahi munkar artinya “mengajak orang berbuat baik dan melarang berbuat jahat”. Kata pertamanya adalah Amar makruf dahulu bukan langsung nahi munkar. Mengajak berbuat baik dulu jangan langsung main larang-melarang. Mengajak baik dengan menunjukkan sikap yang baik jauh lebih efektif untuk mencegah kemunkaran daripada terang-terangan melarang dengan ucapan yang kasar. Jika kita menunjukkan kebaikan dengan sendirinya secara tidak langsung melarang berbuat tidak baik.**[harja saputra]

Semula dimuat di Kompasiana: http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/08/01/hormati-yang-tidak-puasa/

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Share