Categories: Parlemen

Melihat Langsung Fasilitas Pelayanan terhadap Jemaah Haji Indonesia di Mekkah

Jemaah sedang berkumpul di pemondokan setelah dari Masjid al-Haram

Seperti apakah fasilitas akomodasi jemaah haji Indonesia di Arab Saudi? Ini pertanyaan penting, mengingat biaya haji (BPIH) tahun ini turun drastis sebesar 502 dollar di saat dollar sedang menanjak naik. Hal yang dikhawatirkan adalah dikarenakan biaya haji turun kemudian diikuti dengan penurunan kualitas fasilitas akomodasi. Namun, komitmen Kementerian Agama RI pada saat penandatanganan besaran biaya haji (BPIH) di DPR, menjamin bahwa penurunan biaya haji tidak akan menyebabkan penurunan kualitas fasilitas maupun pelayanan terhadap jemaah. Hal tersebut sesuai dengan rekomendasi Komisi VIII DPR RI bahwa untuk tahun 2015 DPR fokus terhadap dua hal: menurunkan biaya haji (penyebab utamanya adalah menurunnya harga minyak dunia) dan meningkatkan kualitas pelayanan.

Selama seminggu (5-12 September 2015) saya berkesempatan melihat langsung fasilitas akomodasi dan pelayanan terhadap jemaah haji Indonesia di Arab Saudi, terutama di tiga lokasi: Jeddah, Mekkah, dan Madinah. Tergabung dalam tim Pengawas Pelaksanaan Haji 2015 Komisi VIII DPR RI tahap pertama. Untuk fasilitas di Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) menjadi fokus peninjauan bagi tim tahap kedua.

Pemondokan

Berikut ini adalah penampakan dari fasilitas pemondokan bagi jemaah haji Indonesia di Mekkah. Dengan sistem acak kami mengunjungi beberapa pemondokan, yaitu di Jarwal (Sektor 8), Aziziyah (Sektor 3), dan di Syisyah (Sektor 5).

Penampakan dari dalam pemondokan di sektor 8 (Jarwal)
Penampakan dari luar pemondokan di Jarwal (sektor 8)

Pemondokan di Jarwal (sektor 8) ini jika dilihat dari fasilitasnya setara dengan hotel bintang tiga. Sektor 8 di Jarwal ini adalah tempat pemondokan terbesar karena menampung 21.566 jemaah dan terdiri dari beberapa tower. Terdapat fasilitas kesehatan khusus di sektor ini bagi jemaah yang tersesat atau membutuhkan pengobatan.

Tower sektor 8 (di Jarwal Mekkah)

Kemudian di Syisyah dan Aziziyah, berikut ini adalah penampakan dari fasilitas pemondokan di kedua tempat tersebut:

 

Pemondokan di Aziziyah (Sektor 3)

 

Pemondokan di Syisyah (Sektor 5)

 

Bagaimana tanggapan para jemaah haji terhadap fasilitas pemondokan? Dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada para jemaah haji di tiga sektor di atas, umumnya para jemaah mengatakan puas terhadap fasilitas di pemondokan. Tidak ada masalah, baik jarak ke Masjidil Haram maupun pelayanan selama di pemondokan. Bagi yang berjarak lebih dari 2 KM dari Masjid al-Haram disediakan bis shalawat yaitu bis yang mengantarkan mereka ke masjid al-haram, setiap menjelang waktu shalat.

Ada sedikit masalah di pemondokan yang diadukan oleh mayoritas jemaah haji, yaitu tidak cukupnya fasilitas untuk jemur pakaian. Hal ini sudah disampaikan ke Kepala Daker Mekkah dan segera disampaikan ke pengelola pemondokan. 

Katering

Urusan katering adalah urusan yang sensitif, tidak boleh tertunda dikarenakan terkait dengan masalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yaitu makan. Berikut ini adalah penampakan fasilitas katering di Mekkah dan pendistribusiannya:

 

Paket makan siang di Mekkah

 

 

Salah satu menu makanan Indonesia (rendang)

 

Perlu disampaikan bahwa selama di Mekkah jemaah haji mendapat fasilitas makan 1 kali dalam sehari, yaitu makan siang. Jumlah makan siang di Mekkah adalah maksimal 15 kali (hari). Karena hanya diberikan makan 1 kali maka jemaah banyak yang memasak sendiri makanan di tempatnya menginap. Fasilitas untuk memasak seperti magic jar ada yang membawa sendiri dari tanah air atau membeli di Mekkah. 

Jemaah mendapat makan siang di Mekkah adalah baru tahun ini diterapkan, pada tahun-tahun sebelumnya tidak ada fasilitas makan siang. Hal ini menjadi catatan peningkatan pelayanan tersendiri. 

Permasalahan utamanya adalah dikarenakan jemaah banyak yang memasak sendiri untuk makan malamnya maka rentan terjadi kebakaran. Kenapa? Pertama, jemaah lupa bahwa dia sedang memasak dan ditinggalkan karena mengutamakan shalat di Masjid al-Haram. Kedua, karena di Arab Saudi voltage listriknya berbeda, alat masak di sana wattnya sangat besar. 1000-1500 watt sehingga memasak sangat cepat. Sementara di Indonesia wattnya kecil, sehingga faktor lupa atau gosong dan dibiarkan menyala adalah faktor utama terjadi kebakaran. Dan, inilah alasan dari terjadinya kebakaran di salah satu pemondokan yang beritanya tersiar luar hingga tanah air.

Untuk ke depannya, perlu dipertimbangkan adanya kebijakan untuk menambah jumlah makan di Mekkah hingga 2 kali atau sama dengan di Madinah (plus sarapan).

Transportasi

Nah ini dia, untuk masalah pemondokan dan katering umumnya sudah relatif bagus, tetapi masalah transportasi masih menunjukkan pelayanan yang kurang bagus. Penampakan fasilitas transportasi adalah sebagai berikut:

 

Transportasi bis shalawat dari pemondokan ke Masjid al-Haram, bis Saptco

 

Bis shalawat di Mekkah

 

Bus Saptco (Saudi Arabia Public Transportation Company) di atas adalah salah satu armada yang menjadi fasilitas transportasi dari pemondokan ke masjid al-Haram jemaah haji Indonesia selama di Mekkah. Disediakan jika jarak pemondokan lebih dari 2 KM dari Masjid al-Haram. Tidak dikenakan pungutan lagi karena sudah merupakan paket dari pemondokan.

Tapi, masih ada tapinya, Saptco adalah bis terbagus yang didapat oleh jemaah haji kita. Armada lain dilayani oleh bis dari perusahaan: Abu Syarhad, Andalusia, Hafil, dan Al-Jazirah. Nah, catatan untuk keempat perusahaan itu, khususnya Abu Syarhad dan Hafil inilah yang sering mogok, AC tidak berfungsi, sopir yang tidak tahu jalan, dan kadang terbakar di tengah jalan, khususnya untuk perjalanan dari Madinah-Mekkah (atau sebaliknya) dan Jeddah-Mekkah, yaitu untuk perjalanan jauh.

Banyak yang berpendapat bahwa masalah transportasi ini karena DPR “mensunat” anggaran upgrade bis yang awalnya ada anggaran upgrade kemudian dihilangkan. Padahal, mekanismenya yang janggal. Kita menyewa tapi harus membayar lagi untuk upgrade, kenapa tidak langsung aja sewa bis yang bagus, tidak usah pakai upgrade. Dan, ternyata dari pengakuan para petugas haji di Daker Mekkah hal itu sangat mungkin dilakukan dan memang seharusnya begitu.**[harjasaputra.com]

 

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Share