Categories: Unik

Kisah Hidup Terapis Spa Panggilan yang Berjuang untuk Anak Tercinta

Ilustrasi: harjasaputra

“Hidup itu harus seperti matahari, ia sendirian, menjomblo, tapi tetap bersinar”.

Kalimat bijak yang bertebaran di media sosial itu cocok untuk menggambarkan sosok Mariana. Di usia kepala dua, seorang single-mom dari anak perempuan yang ia sangat sayangi lebih dari apapun, Anita, yang kini berusia tujuh tahun.

Pernikahannya kandas karena ikut campur dari keluarga suami yang terlalu dominan sehingga mempengaruhi kehidupan rumah tangganya. Mariana tidak suka kehidupan biduk rumah tangga disetir oleh pihak luar. Baginya rumah tangga adalah perjalanan dua insan tanpa campur tangan pihak lain. Tidak kuat dengan hal itu ia memutuskan untuk menggugat cerai sang suami. Butuh waktu lama untuk kemudian berpisah dengan suami setelah selama delapan bulan berjuang di pengadilan.

Hidup adalah perjuangan. Pernikahan yang telah dilalui sejak ia masih di SMA harus berakhir dengan perceraian. Untuk menikah dengan Ray, suami yang kini ia tinggalkan, juga sebuah perjuangan: keputusan berat untuk menghindari kebiadaban ayah tirinya. Kenapa dikatakan demikian?

“Kehidupanku kayak sinetron tapi beneran terjadi di dunia aku”, ungkap Mariana.

“Sebelum lulus SMA aku udah nikah, itu karena untuk menghindari ayah tiriku yang suka sama aku. Pernah beberapa kali dia ingin memperkosa aku tapi tidak pernah aku adukan ke Mama. Alasannya karena aku takut mamaku berantem yang menyebabkan mamaku dipukulin. Ayah tiriku kejaaaaaaaam..orang terkejam yang pernah aku kenal”.

“Hobinya main judi, main perempuan, nipu, mabuk-mabukan, dan seorang dukun. Pokoknya semua kejahatan ada di dia. Aku sering menyaksikan bagaimana dia menyiksa ibuku dengan dipukul dan diperlakukan kasar”, kenang Mariana seakan berat menceritakan semua memori yang ia selalu tak ingin mengingatnya kembali.

Selain kegagalannya mengarungi bahtera rumah tangga dengan pria yang ia pernah cintai, Mariana adalah seorang wanita yang merindukan kasih sayang dari sosok seorang ayah. Ia tidak pernah mengenal ayah kandungnya. Hingga ia memiliki anak tidak pernah melihat sesaat pun wajah dari sang ayah, sebagai gantinya ia justru dihadapkan pada sosok ayah tiri yang kejam.

“Cita-cita saya aneh”
“Apa itu?”
“Ingin bertemu ayahku sendiri”
“Lho memang kemana ayahmu”
“Katanya sih masih hidup, tapi tidak pernah ketemu sejak bayi. Di saat aku tanya ke mamaku mengenai ayah kandung ia selalu menangis”.

Sambil mengalihkan pandangan, Mariana mencoba menyembunyikan semua perasaannya. Kenyataan tentang pengalaman getir di masa kecilnya itu membuatnya tidak mudah percaya dengan makhluk yang bernama pria. Meskipun demikian, ia mengaku tertarik untuk meneliti kehidupan para pria.

“Meskipun kenangan tentang pria baik itu ayah tiri maupun suami yang terlibat dalam hidupku pahit, tapi aku tidak pernah trauma terhadap laki-laki. Malah aku hobi meneliti mereka. Meskipun memang kalau urusan cinta tidak bisa dengan mudah begitu saja jatuh cinta. Butuh proses lama untuk jatuh cinta dan percaya pada laki-laki”, lanjut Mariana.

Hal itulah mungkin yang membuat ia betah menjadi seorang terapis Spa. Pekerjaan yang selalu berhubungan dengan pria dengan beragam watak, karakter, dan kemauan, membuatnya menjadi tahu lebih banyak mengenai kehidupan pria.

Mariana adalah seorang terapis Home Spa yang meskipun sudah banyak merasakan getirnya kehidupan tetapi ia seorang periang, selalu tersenyum, pandai bersenda-gurau dengan candaan renyah, dan komunikatif. Mungkin ia dapati keahlian komunikasi itu dari kuliah yang diambilnya. Maklum, Mariana juga seorang mahasiswi jurusan Public Relations di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Tahun ini ia akan lulus sebagai sarjana. Perjuangan tersendiri untuk kuliah di sela-sela kesibukannya mengurus Anita dan bekerja di malam hari.

Ia sudah jalani profesi itu lebih dari tiga tahun dengan profesional. Meskipun banyak orang memiliki stigma negatif terhadap profesi seperti dirinya tapi tak pernah ia hiraukan. Niatnya teguh, yaitu berusaha untuk memberikan penghidupan bagi Anita. Hidup harus makan pikirnya. Toh, ia yakin tidak pernah melakukan perbuatan negatif yang selalu dialamatkan pada profesi sepertinya.

Home Spa adalah layanan spa panggilan ke hotel, apartemen, maupun rumah konsumen. Konsumen sering memiliki persepsi bahwa terapis spa “bisa plus-plus”. Banyak pria yang dilayani, memang tidak semuanya, yang sering menanyakan itu. Namun Mariana teguh pada prinsip hidupnya, selalu menjawab tidak mau untuk itu.

“Saya takut. Takut pada semuanya, tidak mau aja pokoknya”, jawab Mariana singkat dan tegas di saat ditanya tentang alasannya.

Padahal, di balik jawaban singkat itu tersembunyi sejuta perasaan sebagai endapan dari pengalaman hidup. Hidup sudah mengajarkan padanya mengenai apa itu cinta, kekecewaan, air mata, kesendirian, kekejaman, dan harus berhati-hati pada laki-laki. Ia tidak mau mengulanginya. Pun, ia takut akan ancaman penyakit jika ia melakukan itu. Banyak ketakutan yang ia rasakan sehingga tidak berani keluar dari jalur. Prinsip hidupnya teguh. Terutama ia tidak mau memberi makan Anita dari hasil usaha plus-plus. Makanan pasti menjadi daging, kalau diperoleh dari yang tidak benar maka akan membentuk karakter anak yang kurang baik.

“Saya sudah hapal gerak-gerik pria, kode-kode pria yang dilayani spa yang ingin meminta macam-macam tapi selalu saya tolak dengan halus”, jawabnya.

Mariana juga manusia normal, ingin disayangi dan dikasihi. Pernah ia berkenalan dengan seorang warga Thailand yang awalnya konsumen spa lalu berlanjut menjadi dekat.

“Tau gak, awalnya orang itu selalu bilang ada keperluan dipanggil bosnya. Tapi setelah kurang lebih tiga bulan saya lihat kartu namanya ternyata ia owner dari perusahaan itu”, cerita Mariana.

“Setelah satu setengah tahun kenal dia, di saat dia mau pulang ke Thailand karena habis masa kerjanya di Indonesia ia sampai nangis lho. Dalem banget mungkin perasaanya sama aku. Tapi aku akhirnya tinggalkan dia. Tidak pernah mau nemui lagi. Sampai nelpon berpuluh-puluh kali tapi tidak pernah aku hiraukan”, tambahnya.

Hidup harus terus berjalan pikir Mariana. Ia sudah terlatih dalam merasakan kekecewaan. Berusaha tidak mau terlalu dalam ikut dalam pusaran ketidakpastian perasaan akibat cinta.

“Memang cowok itu kayak gitu mulu ya? Untungnya aku sudah biasa ngadepin cowok-cowok dari beragam konsumen spa yang hadeeeh macem-macem deh polahnya. Ada yang sampai ngejar-ngejar aku tau gak.”

“Ngejar-ngejar gimana? Kamu dikejar di jalanan gitu?”, tanya temannya.

“Hahaaha..bukan, jadi kayak yang terobsesi banget sama aku. Banyak lho. Sampai banyak juga yang ngajak nikah dengan janji mau dibelikan rumah, apartemen, ngasih pekerjaan enak. Bahkan ada yang sujud-sujud meminta aku agar mau dinikahi. Pokoknya banyak deh. Tapi aku selalu gak mau”

“Kenapa gak mau? Kan enak”

“Gak mau aja”, jawab Mariana singkat. Selalu begitu jawaban Mariana ketika ditanya alasan penolakannya.

“Aku pernah dibilang stupid lho sama bule Italia”.

“Kenapa emangnya”

“Ya mungkin pas dia minta dipijat macem-macem aku nolak. Dia suruh ambil duit segepok yang dia liatin ke aku asal aku mau. Tapi tetep aku gak mau. Dia bilang aku stupid..haha.”

Mariana menceritakan itu sambil tetap tertawa seakan tanpa beban. “Jakarta itu keraaaas”, ucapnya. Mau makan saja susah sampai harus nemui macam-macam kelakuan laki-laki. Meskipun begitu, ia tetap setia pada misi hidupnya: “Aku ingin menjadi seorang ibu yang baik buat anakku”.**

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Share