Categories: Ekbis

BBM Premium Naik Konsumen Akan Banyak Beralih ke Shell

Ilustrasi (harjasaputra.com)

"Om, saya tertarik dengan tulisan tentang perbandingan bahan bakar produksi Pertamina dengan Shell. Jadi kalau saya bandingkan jika premium naik, mending saya ganti produk".

Itu adalah komentar dari pembaca Blog saya yang mampir setelah melihat tulisan mengenai Perbandingan Premium, Pertamax, Pertamax Plus dan Shell V-Power. Sejak BBM naik, tulisan itu entah kenapa banyak diserbu oleh pembaca. Tercatat oleh Google Analytic dua hari setelah pengumuman kenaikan BBM, traffic pengunjung ke tulisan itu mencapai 7.455 pembaca. Bagi blogger yang punya web sendiri bisa tahu bagaimana jumlah pengunjung sebanyak itu. Berbeda dengan angka pembaca jika menulis di blog keroyokan. Itu menunjukkan trend konsumen BBM saat ini adalah berusaha membandingkan semua jenis BBM dan memilih yang lebih efisien.

Mari kita lihat fakta angkanya sejak Premium berharga Rp.8500. Data berikut ini merupakan ringkasan dari uji coba yang pernah saya lakukan terhadap berbagai jenis BBM yang saya tulis secara panjang pada tulisan di atas:

Sebelum Premium Naik

Setelah Premium Naik

Dari perbandingan kedua tabel di atas, sebelum premium naik tingkat kehematan menggunakan bahan bakar ditempati oleh Premium, sedangkan setelah naik ditempati oleh Shell Super 92. Jika dibandingkan antara Brand Pertamina dan Shell maka Shell lebih irit di semua lini produk (untuk melihat dari mana angka-angka itu diperoleh silahkan klik tulisan sebelumnya di link ini dan ini).

Itu belum dimasukkan alasan lain seperti pengaruhnya pada mesin kendaraan, performa tarikan mesin, dan lainnya.

Wajar jika ada pembaca yang mengatakan ia lebih memilih pindah ke produk Shell karena alasan kehematan. Ditambah dengan kualitas dan pelayanan Shell yang lebih bagus dibanding di SPBU Pertamina. Bahkan, dari pantauan saya kemarin sejak kenaikan BBM, gerai penjualan bahan bakar Shell lebih ramai dibandingkan dengan sebelum kenaikan BBM.

Prediksi saya ke depannya, dampak dari kenaikan BBM ini adalah makin banyaknya konsumen yang akan beralih dari produk Pertamina ke produk brand luar negeri, dalam hal ini Shell. Begitu juga nilai penjualan brand luar negeri lain seperti Total akan lebih meningkat. Artinya apa? Jangan bicara lagi masalah nasionalisme. Ini murni persaingan pasar. Rumus sederhana: produk lebih bagus dan lebih murah tentu akan lebih dipilih daripada produk yang lebih mahal. Simple as it is.

Saya menggunakan istilah “BBM luar negeri” lho ya bukan “BBM Asing”. Itu didasarkan pada fakta bahwa BBM kita juga banyak didatangkan dari luar negeri jadi sudah tidak asing tho.

Karena simpel, tulisan ini tidak usah panjang-panjang. Mau panjang bagaimanapun hasilnya tetap sama. Cukup sekian. Saatnya Move On beli BBM ke produsen lain? Terserah Anda..!**[harjasaputra]

——–

Update 31 Desember 2014 (Penurunan Harga Premium)

Pemerintah sudah menetapkan penurunan harga premium yang awalnya Rp.8500 menjadi Rp.7600. Pertamina pun telah mengumumkan untuk menurunkan harga Pertamax. Mulai berlaku pukul 00.00 tanggal 1 Januari 2015.

Namun ada yang aneh untuk penurunan harga Pertamax. Awalnya, pihak pertamina mengatakan harga Pertamax 92 menjadi Rp.8700. Jam 01.00 malem saya ke SPBU niat untuk beli Pertamax ternyata turunnya cuma 350 rupiah, harganya sekarang Rp.9600.

Bagaimana analisanya? Tabel di atas mengalami perubahan harga/km seperti pada tabel berikut:

Perubahan harga Premium meskipun tidak signifikan tetapi diikuti dengan perubahan harga Pertamax. Hal ini akan mengembalikan perilaku konsumen terhadap penggunaan BBM. Konsumen yang awalnya ke Shell akan kembali lagi pada BBM Pertamina. Alasannya jelas dari masalah harga. Dengan tingkat kehematan tertinggi ditempati oleh Pertamax 92 menyalip posisi Shell Super. Akankah Shell menurunkan lagi Shell Super 92-nya? Kita tunggu saja..!**

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Share