Categories: Komunikasi

Cara Atasi Tulisan dari Kejahatan Copas

Illustrasi: Admin Kompasiana (shutterstock)

Copy Paste suatu tulisan tanpa mencantumkan link atau sumber adalah suatu kejahatan, termasuk dalam budaya laten plagiarisme. Saya sendiri sudah sering menjadi korban budaya copy paste ini. Tulisan saya bersama seorang teman yang dipublish di blog http://harjasaputra.wordpress.com tentang “Faktor-faktor Penyebab Prostitusi (Sebuah Penelitian di Warung Remang-remang Desa Pondok Udik, Parung, Bogor)” sudah melanglang-buana ke ratusan blog, website, dan skripsi-skripsi tentang tema serupa. Ada yang mencantumkan sumbernya, ada juga yang tidak.

Tulisan saya di Kompasiana pun tak lepas dari copy paste. Ada beberapa tulisan saya yang dipublish di Kompasiana dan di website pribadi harjasaputra.com yang dicopy paste tanpa mencantumkan sumbernya. Di antaranya adalah tulisan perdana saya di Kompasiana dengan judul: “Kebangkitan Nasional Vs Kebangkrutan Nasional“. Ironisnya, ruh tulisan ini mengajak untuk cerdas kepada para pejabat pemerintah dan PNS, eh malah dicopas oleh situs penerimaan CPNS (seperti di situs ini dan ini).

Tulisan kedua dari Kompasiana yang dicopas dan bahkan dimodifikasi adalah tentang: “Lika-liku Pernikahan Campuran” yang sempat masuk ke kolom Terekomendasi dicopas di sebuah forum tanpa mencantumkan link dengan modifikasi menambahkan foto-foto yang sesuai dengan artikel. Kreatif juga, jadinya tulisan menjadi menarik. Tapi tetap saja kreatif kalau copas jadinya kreatif yang tidak pada tempatnya (link di sini).

Tulisan lain yang dicopas dengan dimodifikasi adalah tulisan tentang resensi singkat saya terhadap buku “Cikeas Kian Menggurita“. Yang ini lebih kreatif, tulisan saya dimodifikasi dengan digabungkan bersama tulisan Kompasianer lain yaitu dengan tulisan Sehabudin yang menulis juga tentang buku tersebut (link tulisan hasil modifikasi dua tulisan tersebut dapat dilihat di website ini).

Tulisan-tulisan lain, baik yang ada di blog maupun di Kompasiana dan di website pribadi banyak juga yang dishare ke blog atau web lain, tetapi saya melihatnya masih mencantumkan link. Ini sangat bagus, karena selain legal juga menjadi backlink untuk meningkatkan traffic blog dan website kita serta ilmu yang kita tulis dapat tersebar ke ruang yang lebih luas, tidak terbatas di blog Kompasiana saja. Tapi untuk tulisan yang tidak mencantumkan link, apa boleh buat itulah yang terjadi. Hanya berusaha berpikir positif saja. Minimal tulisan kita bisa dibaca secara lebih luas.

Untungnya, dan ini mungkin tips yang dapat ditiru oleh penulis lain, tulisan saya selalu dibubuhi nama di akhir tulisannya, sehingga walaupun tulisan itu tidak dicantumkan linknya tetapi masih ada nama saya di akhir tulisannya. Biasanya saya membubuhkan tanda **[harja saputra] di akhir tulisan. Maka, ketika saya trace di Google dengan kata kunci nama saya, tulisan yang tidak mencantumkan sumber tetapi masih ada namanya di tulisan dapat dilacak. Entah kalau ada juga yang menghapus tanda di akhir tulisan, jika memang demikian sungguh keterlaluan.

Jadi, jika Anda ingin agar tulisan tidak menjadi korban copas mentah-mentah, cantumkanlah nama atau kode nama di akhir tulisan. Karena masih bisa dilacak dari google dan menunjukkan itulah pemilik asli dari tulisan yang orang lain copas. Tips lainnya sudah banyak yang mengupas, tapi saya telah membuktikan cara dengan mencantumkan nama di akhir tulisan masih efektif agar nama penulis masih ada di tulisan yang dicopas.**[harja saputra]

Dimuat juga dan menjadi Headline di Kompasiana: http://sosbud.kompasiana.com/2011/07/28/cara-atasi-tulisan-dari-kejahatan-copas/

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Share