Categories: Komunikasi

Maaf, Saya Blogger Merah

Ilustrasi: google picasa

Ketika menulis dianggap sebagai profesi seperti wartawan, maka itu namanya “kuli tinta”, atau jika blogger “kuli traffic”. Atau, dalam bahasa lain “Penulis Hitam” (hitam bukan maksudnya merujuk ke konotasi jahat, tetapi merujuk ke warna tinta atau tulisan di web yang rata-rata berwarna hitam). Ketika menulis dianggap sebagai hobi, maka itu namanya “Penulis sampingan”. Menulis, bukan profesi dirinya, ia menulis bukan karena tuntutan bayaran tetapi hobi saja. Ini sama dengan aktivitas hobi yang lain seperti: memancing, travelling, kolektor barang antik, dan hobi-hobi sejenis yang ratusan jenisnya. Penulis dan blogger tipe ini gampang dikenali. Sesama penghobi pasti akan membentuk komunitas. Komunitas penulis, komunitas blogger, sangat banyak jumlahnya.

Ketika menulis bertujuan untuk menggerakkan orang atau menginspirasi orang lain untuk berbuat sesuai dengan yang ditulis, maka ia disebut “penulis atau blogger merah”. Ada idealisme dan nilai-nilai yang menjadi misi dirinya. Bukan sekadar haha-hihi di blog. Tetapi merubah struktur masyarakat lewat tulisan. Pena baginya sama dengan senjata di zaman perang. Penulis tipe ini bisa juga jadi penulis tipe pertama atau kedua, tetapi kebanyakan memilih jalur sendiri. Jalur sunyi. Tidak serta merta ikut dalam pusaran kebanyakan penulis atau blogger. Mereka punya haluan sendiri. Bukan sebagai follower, tetapi menjadi magnet bagi yang lain. Penulis atau blogger ini bisa menggerakkan ribuan orang hanya karena tulisan.

**

Terminologi “hitam-merah” di atas diadaptasi dari Ali Syariati. Ia pernah mengklasifikasikan tipe keagamaan di Iran ke dalam dua jenis: Syiah Hitam dan Syiah Merah. Syiah hitam adalah tipe pemeluk agama yang condong pada ritual-ritual keagamaan. Hitam, karena lebih suka menangisi kesyahidan cucu Rasulullah, larut dalam berbagai ritual, tapi minim aksi. Adapun Syiah Merah adalah syiah pergerakan, tak lagi berkutat pada ritual-ritual, atau masih melakukan ritual tetapi lebih banyak pada menggalang aksi nyata. Ketika cinta pada cucu Rasulullah yang syahid diwujudkan dengan melawan semua ketidakadilan yang nampak di depan matanya. Ketika agama sangat memuji ilmu, maka ia tak pernah puas dengan ilmu, selalu belajar, mendirikan banyak sekolah, berbakti nyata pada masyarakat.

Bukan berarti saya Syiah. Patokan saya adalah prinsip: “Ambillah hikmah (kebajikan) dari manapun ia berasal”.

**

Saya masuk kategori mana? Mencoba konsisten seperti yang di judul.

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Share