Categories: Polhukam

Peta Politik di NTB pada Pilgub 2013

Sudah empat tahun saya sering bolak-balik ke NTB, baik ke pulau Lombok maupun ke pulau Sumbawa. Sangat menarik untuk menganalisis pemetaan kekuatan politik di kawasan yang dikenal dengan “Pulau Seribu Satu Mesjid” tersebut.

Pergelutan politik di wilayah NTB sama sekali berbeda dengan wilayah-wilayah lain yang pernah saya lihat. Berbeda misalnya dengan di Jawa Barat, tempat saya lahir. Di mana meskipun di Jawa Barat didominasi oleh muslim NU dan Muhammadiyah tapi yang menjadi gubernur adalah dari PKS (yang menurut anatomi keagamaan tidak berafiliasi ke NU maupun Muhammadiyah).

Di NTB, secara kesukuan terdiri dari 3 suku: suku Sasak (di pulau Lombok), suku Samawa (di Sumbawa) dan suku Mbojo (mendiami wilayah Kota Bima, Kab. Bima dan Kab. Dompu). Ketiga-tiganya memiliki anatomi politik tersendiri. Di mana di suku Sasak, sosok Tuan Guru (kyai kalau di Sundanya) sangat sentral. Ratusan tuan guru ada di pulau Lombok sejalan dengan ratusan pesantren yang ada di sana. Begitu juga di suku Samawa, sosok tuan guru pun masih menjadi sentral. Namun agak berbeda di suku Mbojo. Istilah Tuan Guru tidak ada di suku ini. Sosok sentralnya malah raja, yaitu raja Bima meskipun secara teritorial tidak memiliki kawasan tetapi secara adat masih sangat eksis.

Faktor kesukuan di atas selama ini tidak terlalu bermasalah, semuanya masih bisa disatukan dalam bingkai relijiusitas. Tetapi, bukan tidak mungkin, faktor kesukuan ini akan memicu konflik di kemudian hari karena perbedaan kepentingan dan wilayah. Hal krusial yang ditakutkan sebagai pemicunya adalah pemekaran “Provinsi Pulau Sumbawa” yang masih terjadi tarik-ulur. Di mana kekayaan alam terpusat di Pulau Sumbawa sementara jumlah penduduk terbanyak terpusat di Pulau Lombok, dan taraf hidup masyarakatnya ada kesenjangan antara Pulau Lombok dengan Pulau Sumbawa. Maka, Pulau Sumbawa berkeinginan untuk memisahkan diri dari Pulau Lombok. Ini, di kemudian hari, kalau Provinsi Pulau Sumbawa dikabulkan, bukan tidak mungkin, antara suku-suku itu akan berperang. Kecuali ada kekuatan besar lain yang dapat menyatukan hal tersebut.

70 persen penduduk NTB (yang berjumlah 5.3 juta penduduk) berada di pulau Lombok maka otomatis anatomi politik provinsi NTB berpusat di Lombok. Di mana di situ ada dua organisasi massa besar: yaitu NW (nahdhatul wathan) dan NU. NW sebetulnya rumpunnya sama dengan NU, di mana pendiri NW adalah juga murid dari pendiri NU. NW merupakan upaya melokalkan kearifan lokal dengan mendirikan organisasi sendiri yang sampai sekarang sangat besar. Hampir 700 pesantren berlabel NW. NU pun tak kalah besar, hanya saja jika dibandingkan dengan NW, di NTB masih besar NW.

Dari anatomi organisasi massa tersebut, maka dalam pilgub 2013 yang sedang dihelat saat ini dan akan ditentukan hasilnya pada pencoblosa 13 Mei mendatang, pada gilirannya pilgub kali ini adalah pertarungan antara dua organisasi massa tersebut. Yaitu pertarungan antara NW vs NU. Di mana NW diwakili oleh Tuan Guru Bajang (Zainul Majdi, gubernur petahana), sementara NU diwakili oleh Tuan Guru Zul (bupati petahana Sumbawa Barat).

Menariknya, bukan pertarungan antar-dua organisasi massa itu saja, tapi juga pertarungan bersaudara antara NW sendiri. Di mana pada pilgub saat ini, NW Pancor yang diwakili oleh Tuan Guru Bajang, harus berhadapan dengan saudaranya sendiri yaitu NW Anjani yang diwakili oleh Tuan Guru Muhyi.

NW yang sangat besar jika tanpa harus bertarung dengan saudara sendiri, yakin seyakin-yakinnya akan memenangkan pertarungan politik di NTB. Tapi karena pecah, faktor inilah yang mengharuskan Tuan Guru Bajang / TGB  (dalam analisa saya) harus menggandeng banyak pendukung dari segmen yang lain, yaitu dukungan dari banyak parpol besar, yaitu Golkar, PAN, PAN PDIP, Gerindra, dan PKB.

TGB yang juga ketua DPD Partai Demokrat secara dukungan dari jumlah kursi di DPRD di atas kertas mengungguli calon lain. Tapi secara anatomi politik di atas, belum tentu.

Apakah PKS akan menjadi “kuda hitam” yang akan keluar sebagai pemenang pilgub di NTB karena ada perpecahan di NW? Dalam analisa politis saya, jauh dari kata mungkin. PKS boleh unggul di Jawa Barat, tapi di NTB susah. Calon dari PKS yaitu SJP (Suryadi Jaya Purnama, namun sering diplesetkan oleh anak-anak muda disana menjadi “Suryadi Jaga Pohon” karena poster-posternya yang banyak ditempel di pohon-pohon). Ia, baik dari anatomi dukungan parpol maupun dari anatomi politik dan sosial di NTB, berat untuk menang karena kurang mendapatkan dukungan yang mumpuni dari calon pemilih. Dari dukungan parpol ia didukung oleh PKS, FBR dan PPRN. Sementara basis massa PKS selama ini ya massa NW dan NU juga. Jadi dari anatomi politik sangat dilematis. Kecuali ada “mandat khusus dari malaikat” mungkin bisa jadi.

Dari empat calon gubernur yang maju: Tuan Guru Bajang dengan Amin, Tuan Guru Zul dengan Prof Ihsan, Harun Al-Rasyid yang berpasangan dengan Tuan Guru Muhyi, dan SJP dengan Rosihan , dalam hemat saya yang akan bertarung sengit hanya TGB-Amin dan Harun-Muhyi. Atau, bisa ditambah dengan Zul-Ihsan, tapi dengan catatan jika massa NU melimpahkan pilihannya pada Zul. Sedangkan kabar yang tersiar massa NU juga terpecah dukungannya, tidak semua ke Zul, setelah ada kunjungan dari KH. Hasyim Muzadi ke NTB.

Lantas ke manakah voters dari kalangan Hindu? Kalangan Hindu yang meskipun hanya berjumlah 3% dari total penduduk di NTB, tapi tidak boleh diabaikan karena secara anatomi sosial, umat Hindu adalah terbanyak kedua setelah umat Islam. Bahkan secara budaya, antara budaya Hindu dan Muslim di NTB banyak terdapat asimilasi. Karena dari empat calon tersebut tidak ada yang merepresentasikan calon dari Umat Hindu maka kemungkinannya mereka akan melimpahkan pilihan pada calon terkuat. Karena mereka butuh perlindungan, sebab sebagai umat minoritas. Dalam analisis saya, mereka akan melimpahkan suaranya pada calon kuat, yaitu Tuan Guru Bajang-Amin.

Atau, mungkinkah yang keluar sebagai pemenang adalah calon-calon berikut?**

 

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Lihat Komentar

  • Prediksi kita berbeda...
    Menurut saya, Kyai Zul akan lebih unggul dari pada 3 calon yang lain.
    Tanya kenapa?
    Karena :
    1. Masyarakat NTB sudah tau bagaiman tidak becusnya TGB menjadi gubernur. Seorang tuan guru pantasnya ngurus santri bukan ngurus pemerintahan.
    2. Harun sudah tua, tidak pantas jadi Gubernur. Ketika dia mencalonkan dirinya pada umurnya yang sekarang, itu menunjukkan rakus-nya dia akan kekuasaan.
    3. PKS sudah kehilangan massa karena PKS tidak jauh beda dengan partai Nasional yang lain.

  • Gimana mas? Terbukti kan prediksi saya dari hasil pencoblosan yg sudah dilakukan?
    Itulah demokrasi. Perbedaan pendapat itu biasa.

    Makasih
    Salam

Share