Sosbud

Kenapa Anak Sekarang Salamnya bukan Cium Tangan Tapi Ditempelkan ke Jidat?

Ilustrasi: liputanbanten.com

“Adek, ayah mau berangkat kerja, salim dulu..”

Kata-kata itu mungkin sering Anda ucapkan jika Anda sudah punya anak. Ya, Salam atau Salim, budaya cium tangan orang tua oleh anak. Budaya cium tangan juga bukan hanya oleh anak kepada orang tua, tetapi misalnya ke keponakan, ke saudara, dan anggota keluarga lain dalam garis darah.

Dalam budaya Indonesia, khususnya masyarakat Muslim (bahkan dalam budaya agama lain), budaya cium tangan juga dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua umurnya.

Dalam beberapa tradisi, cium tangan juga dilakukan kepada orang yang dianggap sebagai tokoh masyarakat. Bahkan, dalam budaya NU, cium tangan kepada para ulama (kyai) dianggap bukan hanya sebagai penghormatan tetapi juga tabarruk (mengambil berkah dari orang yang berilmu).

Tapi, pernahkah Anda memperhatikan, ada yang bergeser dalam budaya salim ini. Dulu, oleh orang tua atau di sekolah, diajarkannya salim itu “cium tangan”, meraih tangan orang tua dan diletakkan di bibir sambil membungkuk. Tetapi sekarang, coba Anda perhatikan cara salim anak sekarang.

Ya betul, mayoritas tidak lagi salim dengan mencium tangan, tetapi menempelkan tangan ke hidung, pipi, atau bahkan mayoritas menempelkannya ke dahi atau jidat mereka.

Ada apa gerangan dengan pergeseran budaya salim ini? Apakah memang tidak diajarkan di sekolah cara salim yang benar, ataukah memang ada perubahan cara pandang anak-anak. Saya pernah nanya sama anak saya, kenapa salimnya ke jidat bukan dicium, ia hanya nyengir aja. Besoknya betul ia cium tangan. Tapi seminggu kemudian begitu lagi. Ditegur baru cium tangan lagi, kalau kelamaan ke jidat lagi.

Aneh saya pikir…apakah saya mengajarinya salah, sudah berulang-ulang padahal semenjak ia masih kecil sekali sampai sudah sekolah.

Saya coba cari jawabannya di Mas Google dengan berbagai kata kunci. Hasilnya nihil. Ternyata mungkin hanya saya saja yang menganggapnya aneh atau bagaimana. Ataukah memang iklim budaya sekarang yang menyebabkan hal itu sehingga ada pergeseran budaya yang tidak terasa oleh kita.

Memang tidak ada yang salah, baik salim itu dicium atau diletakkan di pipi, hidung, atau jidat. Tetapi saya hanya ingin mengetahui apa faktor penyebab pergeseran budaya ini. Apakah karena anak-anak sekarang sudah sadar kesehatan, yang kalau salim dengan cium tangan banyak mengandung bakteri, ataukah apa yang ada di benak mereka.

Dikarenakan anak-anak tidak pernah mengemukakan alasannya. Atau mungkin karena pengaruh lingkungan, karena anak-anak yang lain salimnya seperti itu lantas ditiru. Tapi bukan hanya di lingkungan saya, tetapi saya juga sering melihat anak-anak di wilayah, bahkan kota lain juga seperti itu.

Pernah saya tanyakan juga kepada orang lain, yang ada bukan jawaban yang keluar malah ditertawakan. Karena mungkin pertanyaannya tidak lazim. Daripada saya bingung memikirkan kenapa salim anak sekarang seperti itu, mending saya berpikir positif saja, toh salim dengan cara apapun tetap ada bentuk penghormatan. Atau, barangkali Anda ada yang tahu jawabannya?** [harja saputra]

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: [email protected]

Subscribe to our newsletter

Sign up here to get the latest articles and updates directly to your inbox.

You can unsubscribe at any time
Subscribe
Notify of
guest
15 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
armand
armand
11 years ago

Blognya cantik banget Kang…

Saputra
Saputra
11 years ago

Thx bang Armand sudah singgah. Sudah lama blog saya nih tak saya berdayakan. Kebanyakan nongkrong di Kompasiana..hehehe
Thx
Salam
Saputra

Ari Kontra
Ari Kontra
8 years ago

Emang salim budaya Indo? 20 tahun lalu mana ada yang salim tangan atau di sekolah mana ada pas masuk sekolah cium tangan Ibu guru. Sekarang bahkan ada yang cium tangan atasannya pas masuk kantor. Kenapa orang di Indo haus akan penghormatan oleh yang lebih muda atau yang dari segi sosial lebih lemah. Ngapain cium tangan orang yang ngak dikenal, cuman karena usianya lebih tua atau dia lebih mampu secara ekonomi? Apakah usia dan harta menjamin dia lebih bijak? Tidak!!! Kalo anak mau mencium tangan orang tuanya sendiri saya masih paham (meskipun aneh juga jika orang tua bersikeras dicium tangannya, kan… Read more »

Alit Jaenal Mutakin
8 years ago

Sepengetahuan saya, budaya salaman seperti ini meniru dari tayangan televisi mas, dan mungkin dianggap mereka salaman seperti itu adalah trend yang pantas ditiru.

Prabu beji
Prabu beji
8 years ago

@saputra > budaya cium tangan sdh ada sejak dl.. Itu sbg tanda penghormatan qt pd orang tua, pd guru, ulama yg mmiliki ilmu lebih drpd qt.. (Bukan krn kekayaannya ingat!.. Sbb yg bgini biasanya dilakukn penjilat..)
Adapun ada org yg mencium tangan dg hidungnya, menempelkan dipipi, dikening ato dilehernya itu ga masalah.. Intinya ttp penghormatan qt.. Sm dg org yg mmbungkukan badannya, mendekapkan kedua tangannya sambil menganggukan lehernya sdikit plus smile.. Itu adab yg sopan drpd cipika cipiki..

Anom Kesuma WarDana
Anom Kesuma WarDana
7 years ago

Cium tangan budaya Islam Bukan Bidaya Indonesia apalagi budaya TIMUR, dan indonesia terlalu melebih2kan, bagus sih tapi kurang pas kalo di terapkan di sekolahan karena kita negara majemuk bukan negara islam, masih ada cara lain yg bisa digunakan untuk menunjukkan penghormatan yg lebih indonesia, contoh : mencakupkan tangan dan meletakkannya di dada sambil agak sedikit membungkuk… itu INDONESIA BANGET !!!

karyanto
karyanto
7 years ago

cium tangan karena menghormati orang yang lebih banyak ilmunya atau yg lebih tua itu suatu penghormatan dan BAGUS jika dilakukan, karena pada jaman Nabi pun sahabat melakukanya.
tapi jika cium tangan karena harta orng tersebut ataw karena jabatan mreka status sosial mreka itu YANG KURANG TEPAT.

benymandar
benymandar
7 years ago

Dalam budaya mandar di sulawesi barat saya melihat salim tangan itu masih dipelihara dengan sangat baik. Teman2 kantor saya yang asli mandar bercerita bahwa sejak kecil mereka memang wajib salim tangan dengan orang tua, ulama apalagi annang guru (guru ngaji) dan juga guru disekolah jadi menurut saya budaya salim memang budaya asli Indonesia dan bukan sekedar tiruan. Dalam budaya itu terkandung makna kerendahhatian, penghormatan (bukan gila hormat), kasih sayang, dan keramahtamahan yang sangat timur. Setahu saya salim tangan hanya dilakukan oleh anak terhadap yang kerabat (keluarga) yang lebih tua atau kepada guru dan pemuka agama. Tetapi sebagai seorang guru, kadang… Read more »

seorang manusia biasa
5 years ago

salim itu bukan suatu keharusan, apalagi jika bukan keluarga. Sebaiknya jika merasa lebih tua, tidak perlu memiliki sifat “gila hormat”. Jadi, masih mending kalo cuma kena pipi atau kening saja kan? daripada tidak sama sekali…

Harja Saputra
5 years ago

Terima kasih komennya. Salim termasuk budaya yang setiap orang berbeda2 budayanya.
Thx

edy
edy
5 years ago
Reply to  Harja Saputra

salam
 
melihat dari perkembangan dunia kedokteran sebaiknya anak tidak diajatkan mencium tangan. sebaiknya cukup dengan salam. karena sudah banyak sekali orang yang terkena herpes dari mencium penderita herpes. herpes akan tetap berada didalam tubuh. silahkan googling tentang pebularan herpes dan 14 penyakit lainnya yang bisa menular dari kontak kulit dan bibir. 
salam

BVR
BVR
5 years ago

Ada sepasang suami istri…
Istri lebih tua dari suaminya .. 
Kalo untuk salim … Haruskah istrim salim kepada suami yg lebih muda?

ZonkyZonk
ZonkyZonk
4 years ago

Saya secara personal, tidak salim menggunakan mulut/bibir adala karena takut tangan orang sekian kotor atau dalam keadaan kurang bersih, karena mulut adalah tempat masuknya bakteri. oleh karena itu lebih baik bersalaman menggunakan jidat, karena menurut saya salim dengan menaruh tangan di jidat layarnya meminta ampunan,ilmu dsb

Dimas
Dimas
1 year ago

Menurut saya, anak dulu, ketika memyalami dan mencium tangan guru atau orang lebih tua, mereka bener bener melakukannya dengan rasa cinta dan penghormatan, dan juga merupakan cara menampilkan adab mereka.

Tapi anak sekarang, cium tangan itu seolah hanya sekedar formalitas saja, yg jika tidak dilakukan, nanti gk enak.

Maka, itulah yg hilang pada anak anak zaman sekarang.