Last Updated:
Gal Gadot dalam Wonder Women 1984 warnerbros.com

Review "Wonder Woman 1984": Lepaskan Keinginanmu! 

Harja Saputra
Harja Saputra Film

Satu deskripsi singkat saya mengenai film "Wonder Woman 1984" yang tayang di bioskop pertengahan Desember 2020, menggenapi suasana libur akhir tahun dan di tengah kehausan akan hiburan akibat suasana pandemi. Apa deskripsi singkatnya?  Ini: "Film yang sangat bagus".

Sudah itu saja? Iya singkatnya begitu. 

Itu kalau mau deskripsi singkat. Kalau mau deskripsi yang panjang, baiklah akan saya review lengkap di mana letak bagusnya. Saya pernah menulis Review tentang Film Joker yang menurut saya biasa saja. Begitu juga ulasan saya terhadap film Mulan yang kurang greget. Namun, untuk film ini saya berani katakan, film ini bagus.

Baca Juga: Review Film Mulan: Film Aksi yang Kurang Greget.

Judul "Wonder Women 1984" atau yang di film itu disingkat dengan WW84, awalnya saya pikir WW itu kepanjangan dari World War 84, ternyata itu kependekan dari Wonder Woman, ampunlah..!

Menurut para pengamat film internasional, Wonder Woman 1984 adalah film luar biasa. CNN menyebutnya sebagai "film blockbuster yang penuh humor, spektakuler, dan penuh optimisme".

Peran Gadot yang kedua kali memerankan Wonder Woman sebagai film sequel karya sutradara Patty Jenkins selalu konsisten: luar biasa, seksi, nyaris sempurna pokoknya. Hal ini mengingat Wonder Woman adalah film yang ingin mengatakan pada dunia bahwa super hero itu bukan hanya milik kaum laki-laki, tapi perempuan juga bisa.

Ditambah dengan peran Chris Pine yang pada film ini memerankan Steve sebagai pacar Diana Prince (wonder woman di dunia nyata), banyak mengundang tawa penonton. Ia adalah pacar Diana yang kembali setelah dinyatakan meninggal dunia. Hidup kembali karena tidak sengaja. Akibat Diana menyatakan keinginannya untuk dapat bersua dan hidup bersama pacarnya itu sambil memegang batu ajaib yang mengabulkan permintaannya.

Tokoh lain yang tampil memukau adalah Kristen Wiig yang sukses memerankan Barbara Minerva. Awalnya sebagai kawan Diana. Sama-sama bekerja di di Smithnosian Museum, namun kemudian menjadi musuh. Adegan memukau perkelahian mewarnai menit-menit pertengahan hingga akhir film antara Diana dan Barbara. Perkelahian saling adu kekuatan bertubi-tubi disertai dengan efek mendebarkan.  

Saya tidak akan ulas alur filmnya seperti bagaimana, biar Anda menonton sendiri film tersebut yang sampai sekarang masih nongkrong di bioskop.

Satu hal yang ingin saya ulas agak mendalam dari film WW84  adalah karena film ini mengkampanyekan aspek moral kehidupan yang paling prinsip. Apa itu?

Bahwa: "Tidak semua keinginan harus diikuti, ketika keinginan yang seharusnya tidak terjadi lalu dipaksakan untuk terjadi, maka kita akan kehilangan sesuatu yang berharga dari diri kita". Dalam banget makna film ini.

Diana sebagai Wonder Woman adalah juga manusia biasa yang butuh cinta dan kehidupan yang hangat. Namun, ketika keinginannya terkabul, ia kehilangan sesuatu yang berharga. Ia menjadi lemah, berkelahi pun kalah, berdarah, lemah, super heronya luntur. Disikat habis-habisan oleh lawannya: Barbara Minerva yang berubah menjadi sangat kuat. Dibanting kanan-kiri dan tak berdaya. 

Begitu pun tokoh utama penjahat dalam film ini yaitu Max Lord, diperankan oleh Pedro Pascal, berubah menjadi sangat sakti, bisa mengabulkan segala permintaan. Namun ia kehilangan satu hal paling berharga, yaitu sisi kemanusiaan yang paling utama: cinta dan keluarga. Anaknya tidak lagi dapat merasakan kehangatan dari ayahnya yang berubah menjadi sangat jahat.

Baca Juga: Review Film The Fighting Preacher: Agama Cinta Menaklukkan Kebencian

Keinginan adalah ciri khas dari manusia. Ambisi untuk memiliki kekuatan dan kekuasaan adalah keinginan tertinggi dari manusia menurut teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow dan begitu juga menurut teori Herzberg.

Keinginan ini jika tidak dikendalikan cenderung destruktif. Berapa banyak dunia ini hancur karena manusia tidak mampu mengendalikan keinginan itu. Perang di setiap zaman adalah ciri nyata bagaimana efek dari manusia yang sedang memenuhi ambisi kekuasaan.

Keinginan terhadap cinta juga adalah ciri khas dari manusia. Keinginan ini memiliki dua mata pisau yang, jika tidak seimbang, maka akan berbahaya. Film WW84 ini sangat sempurna menggambarkan efek dari ketidakseimbangan keinginan terhadap cinta yang akhirnya dapat menyiksa. Bahkan, dari kisah yang lahir dari ajaran agama, Adam pun dikutuk turun ke dunia akibat keinginan yang berlebihan, sebagai akibat dorongan dari hasrat cinta. Ia memakan buah terlarang akibat hasrat itu. 

Keinginan, ambisi, dan hasrat terhadap kekuasaan di satu sisi, dan hasrat terhadap cinta di sisi yang lain, harus dilakukan secara seimbang. Jika tidak, ujungnya adalah malapetaka. Apalagi jika hasrat berkuasa berpadu dengan hasrat cinta dan dilakukan secara serampangan, wassalam kalau itu. Sempurna daya rusaknya.  

Film WW84 ini mengkampanyekan cara aman untuk menjadi manusia adalah: Lepaskan keinginanmu, maka kamu akan menjadi manusia seutuhnya. Itu..!

Kalau kata para motivator, tidak semua keinginan adalah kebutuhan. Tunaikan kebutuhan, bukan keinginan. 

Keinginan sifatnya tidak bertepi. Ketika keinginan yang satu dipenuhi, ia akan menagih keinginan yang lain. Terus begitu dan akan sifatnya menyiksa si pemilik keinginan tanpa disadari. 

Itulah fungsi dari bersyukur kalau kata para ustadz. Ketika kita bersyukur, kita merasa diberkati atas apa yang kita miliki. Bukan hanya itu. Bersyukur artinya merasa cukup. Kalau bersyukur tapi sifatnya tetap serakah, ya sama saja. Itu tidak bersyukur namanya.

Kok jadi ceramah. Intinya, film ini sangat recommended. Sebagai penghobi dari satu motto hidup "Berpikir satu menit lebih utama dari ibadah setahun", film ini sukses membuat saya berpikir. 

Selamat berakhir pekan dan berakhir tahun.* 

Comments